“Aku mengerti suara
kegelisahan
masih memanggilmu. Aku mengerti
kebiasaan yang
menghancurkan hidup
masih memanggilmu.
Tapi sekarang kau bersama ‘sang
sahabat’
dan tampak begitu kuat.
Kau bisa senantiasa
seperti itu
bahkan bermekaran.
Tetap remas-lah
serpihan-serpihan matahari
dari doamu, karyamu, juga
musikmu
dan dari tawa anggun
kawan-kawanmu”.
(Hafiz dari Syiraz, Persia)
Setelah berjalan selama
beberapa jam di jalan setapak itu, Siswi Karina akhirnya sadar bahwa jalan
setapak yang dilaluinya tersebut berhenti pada sebuah sungai jernih, hingga
segala yang ada di dasar sungai itu tampak jelas terlihat oleh sepasang matanya
yang indah. Ia pun tergoda untuk memandangi segala yang ada di dasar sungai
tersebut, sebab apa saja yang ia lihat di dasar sungai tersebut belum pernah ia
lihat sebelumnya.
Namun tiba-tiba sebuah
perahu mungil yang dikayuh empat peri muncul begitu saja di depannya. “Naiklah!
Kami akan membawamu ke tempat-tempat yang belum pernah kau-lihat,” ujar salah
satu peri tersebut. Terbujuk oleh ajakan salah satu peri tersebut, Siswi Karina
pun segera mengangkat salah satu kakinya dan lalu menginjakkan salah satu kakinya ke perahu mungil itu.
Empat peri itu pun mulai
mendayung, dan setelah agak lama saling terdiam, salah satu peri itu mencoba
mengajak Siswi Karina berbincang. “Apa kau senang?” “Ya aku senang. Tapi aku
tak tahu di mana aku berada sekarang ini,” jawab Siswi Karina. “Nanti juga akan
tahu!” kata peri yang lainnya lagi.
Selama satu jam lebih
mereka mendayung perahu mungil itu, sampai-lah mereka di sebuah tempat yang
mereka tuju, sebuah danau, yang entah tercipta dari apa, memiliki aneka warna
di permukaan airnya.
Mereka pun sama-sama
mendaki tepi sungai yang dipenuhi ragam tumbuhan dan bunga-bunga itu. Saat itu,
Siswi Karina pun kembali terkejut ketika perahu mungil yang baru saja
dinaikinya itu pun tiba-tiba menghilang begitu saja, hingga ia bertanya, “di
mana aku saat ini berada?” “Kau berada di sebuah dunia yang telah ada sebelum
kau ada,” jawab salah satu peri.
Sekarang mereka telah sampai di lembah-lembah dan
sebuah savana yang terhampar luas yang terasa begitu sejuk dan damai. Pada saat
itulah, sebuah bayangan yang bergerak begitu cepat berhenti di depan mereka,
yang anehnya bayangan itu tak mengepulkan debu atau suara riuh kala bergerak
datang begitu cepatnya.
Bayangan yang datang
dengan cepat di hadapan mereka itu adalah sebuah kereta kuda yang ditarik oleh
delapan kuda putih bersih yang masing-masing kuda itu memiliki sepasang tanduk
runcing di dekat telinga mereka.
Tampak seorang perempuan
cantik keluar turun dari pintu kereta kuda tersebut sesaat setelah salah satu pintu
kereta kuda itu terbuka. Perempuan itu menampakkan rambut yang sangat indah
yang sedikit terlihat dibalik kerudungnya yang berwarna merah menyala.
Lagi-lagi Siswi Karina
terkejut ketika empat peri itu terbang dan menghilang begitu saja tak lama
setelah ia diajak masuk ke dalam kereta kuda dengan delapan kuda putih yang
masing-masing memiliki tanduk runcing di kepala mereka itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar