Jumat, 20 Februari 2015

Siswi Karina di Negeri Para Peri –Bagian Pertama




“Aku mengerti suara kegelisahan
masih memanggilmu. Aku mengerti
kebiasaan yang menghancurkan hidup
masih memanggilmu.

Tapi sekarang kau bersama ‘sang sahabat’
dan tampak begitu kuat.
Kau bisa senantiasa seperti itu
bahkan bermekaran.

Tetap remas-lah serpihan-serpihan matahari
dari doamu, karyamu, juga musikmu
dan dari tawa anggun kawan-kawanmu”.

(Hafiz dari Syiraz, Persia) 


Setelah berjalan selama beberapa jam di jalan setapak itu, Siswi Karina akhirnya sadar bahwa jalan setapak yang dilaluinya tersebut berhenti pada sebuah sungai jernih, hingga segala yang ada di dasar sungai itu tampak jelas terlihat oleh sepasang matanya yang indah. Ia pun tergoda untuk memandangi segala yang ada di dasar sungai tersebut, sebab apa saja yang ia lihat di dasar sungai tersebut belum pernah ia lihat sebelumnya.

Namun tiba-tiba sebuah perahu mungil yang dikayuh empat peri muncul begitu saja di depannya. “Naiklah! Kami akan membawamu ke tempat-tempat yang belum pernah kau-lihat,” ujar salah satu peri tersebut. Terbujuk oleh ajakan salah satu peri tersebut, Siswi Karina pun segera mengangkat salah satu kakinya dan lalu menginjakkan salah satu kakinya ke perahu mungil itu.

Empat peri itu pun mulai mendayung, dan setelah agak lama saling terdiam, salah satu peri itu mencoba mengajak Siswi Karina berbincang. “Apa kau senang?” “Ya aku senang. Tapi aku tak tahu di mana aku berada sekarang ini,” jawab Siswi Karina. “Nanti juga akan tahu!” kata peri yang lainnya lagi.

Selama satu jam lebih mereka mendayung perahu mungil itu, sampai-lah mereka di sebuah tempat yang mereka tuju, sebuah danau, yang entah tercipta dari apa, memiliki aneka warna di permukaan airnya.

Mereka pun sama-sama mendaki tepi sungai yang dipenuhi ragam tumbuhan dan bunga-bunga itu. Saat itu, Siswi Karina pun kembali terkejut ketika perahu mungil yang baru saja dinaikinya itu pun tiba-tiba menghilang begitu saja, hingga ia bertanya, “di mana aku saat ini berada?” “Kau berada di sebuah dunia yang telah ada sebelum kau ada,” jawab salah satu peri.

Sekarang mereka telah sampai di lembah-lembah dan sebuah savana yang terhampar luas yang terasa begitu sejuk dan damai. Pada saat itulah, sebuah bayangan yang bergerak begitu cepat berhenti di depan mereka, yang anehnya bayangan itu tak mengepulkan debu atau suara riuh kala bergerak datang begitu cepatnya.

Bayangan yang datang dengan cepat di hadapan mereka itu adalah sebuah kereta kuda yang ditarik oleh delapan kuda putih bersih yang masing-masing kuda itu memiliki sepasang tanduk runcing di dekat telinga mereka.

Tampak seorang perempuan cantik keluar turun dari pintu kereta kuda tersebut sesaat setelah salah satu pintu kereta kuda itu terbuka. Perempuan itu menampakkan rambut yang sangat indah yang sedikit terlihat dibalik kerudungnya yang berwarna merah menyala.

Lagi-lagi Siswi Karina terkejut ketika empat peri itu terbang dan menghilang begitu saja tak lama setelah ia diajak masuk ke dalam kereta kuda dengan delapan kuda putih yang masing-masing memiliki tanduk runcing di kepala mereka itu.

Hak cipta (c) pada Sulaiman Djaya  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar