(Gambar: F-22 Amerika Ditembak MIG-29 Rusia)
“Waktu, ruang, gerakan,
dan benda, semuanya relatif dan tak absolut. Waktu hanya eksis dengan gerakan;
benda dengan gerakan; gerakan dengan benda. Jika ada gerakan, di sana perlu
benda; jika ada sebuah benda, di sana perlu gerakan” (Al-Kindi, al Falsafa al Ula)
Kita tahu bahwa Teori
Relativitas Einstein ada dua macam, yaitu teori relativitas khusus dan teori
relativitas umum. Berdasarkan teori relativitas khusus menunjukan bahwa
kecepatan membuat waktu bersifat relatif.
Bila suatu benda bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya, maka waktu akan mengalami pemoloran atau melambatnya waktu, fenomena ini disebut dengan delatasi waktu, sedangkan teori relativitas umum mempostulatkan bahwa gravitasi membuat waktu menjadi relatif.
Bila suatu benda bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya, maka waktu akan mengalami pemoloran atau melambatnya waktu, fenomena ini disebut dengan delatasi waktu, sedangkan teori relativitas umum mempostulatkan bahwa gravitasi membuat waktu menjadi relatif.
Singkatnya, waktu akan
berjalan lebih lambat di daerah yang gravitasinya lebih besar, dan inti dari
kedua teori ini adalah waktu yang bersifat relatif.
Apabila ada manusia yang bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya atau berjalan di daerah yang gravitasinya lebih besar dari gravitasi bumi, misalnya matahari (dan ini sekedar pengandaian saja), maka waktu akan berjalan lambat, dan begitu pula fungsi biologi dan anatomi tubuhnya serta semua pergerakan yang terkait dengan atom-atom penyusun tubuhnya.
Percobaan yang dilakukan di British Nasional Institute of Physics telah menguatkan fakta tersebut, penelitinya John Laverty, mencocokkan dua jam yang menunjukan waktu yang sama (dua jam tersebut memiliki tingkat ketelitian yang optimal, perkiraan kesalahan kira-kira tidak lebih dari 1 detik dalam 300.000 tahun).
Salah satu jam ini disimpan dalam Laboratorium di London, dan jam yang lainnya dibawa dalam penerbangan pulang pergi antara London dan Cina.
Apabila ada manusia yang bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya atau berjalan di daerah yang gravitasinya lebih besar dari gravitasi bumi, misalnya matahari (dan ini sekedar pengandaian saja), maka waktu akan berjalan lambat, dan begitu pula fungsi biologi dan anatomi tubuhnya serta semua pergerakan yang terkait dengan atom-atom penyusun tubuhnya.
Percobaan yang dilakukan di British Nasional Institute of Physics telah menguatkan fakta tersebut, penelitinya John Laverty, mencocokkan dua jam yang menunjukan waktu yang sama (dua jam tersebut memiliki tingkat ketelitian yang optimal, perkiraan kesalahan kira-kira tidak lebih dari 1 detik dalam 300.000 tahun).
Salah satu jam ini disimpan dalam Laboratorium di London, dan jam yang lainnya dibawa dalam penerbangan pulang pergi antara London dan Cina.
Kita tahu juga bahwa
semakin tinggi suatu pesawat maka pengaruh gravitasi bumi semakin kecil, sehingga
berdasarkan teori relativitas umum waktu akan berjalan lebih cepat di atas
pesawat.
Perbedaan gravitasi antara orang yang terbang di udara dengan orang yang berada di atas permukaan bumi tidaklah begitu mencolok walaupun tetap ada perbedaan itu sangat kecil sekali sehingga perbedaan ini hanya dapat dilihat dengan alat yang memiliki tingkat ketelitian yang sangat tinggi.
Perbedaan gravitasi antara orang yang terbang di udara dengan orang yang berada di atas permukaan bumi tidaklah begitu mencolok walaupun tetap ada perbedaan itu sangat kecil sekali sehingga perbedaan ini hanya dapat dilihat dengan alat yang memiliki tingkat ketelitian yang sangat tinggi.
Ternyata dari penelitian
ini didapatkan bahwa jam yang berada di atas pesawat berjalan lebih cepat satu
per lima puluh lima miliar detik, yang mana biarpun hasilnya sangat kecil tetap
saja ada perbedaan kecepatan jam. Ini menunjukan bahwa waktu memang bersifat
relatif.
Cobalah sekarang kita menengok kitab suci kita Al-Qur’an: “Para malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan, dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun” (QS. Al-Ma’arij 70:4).
Jika bumi sebagai acuan, relativitas terjadi barangkali karena tempat yang tinggi karena ada istilah naik pada ayat di atas, juga bisa terjadi karena kecepatan para malaikat dan Jibril yang mendekati kecepatan cahaya, karena malaikat dan jibril bahan dasarnya atau diciptakan dari cahaya. Sehingga waktu mengalami pemoloran (pelambatan atau delatasi), dimana satu hari molor menjadi lima puluh ribu tahun di bumi.
Atau ayat berikut ini: “Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu” (QS. Al-Sajdah 32:5).
Ayat tersebut juga menunjukan pemoloran (pelambatan) waktu, yang disebabkan perbedaan ketinggian karena ada istilah naik, sehingga waktu langit berbeda dengan waktu bumi.
Dalam Al-Qur’an disebutkan juga bahwa orang yang telah meninggal jika dibangkitkan kembali akan berpikir bahwa waktu mereka di dunia sangatlah singkat. Nah, persis dengan memahami teori relativitas, pertanyaan yang membingungkan tentang waktu yang satu hari setara dengan seribu tahun atau bahkan lima puluh ribu tahun dapat diterima akal dengan sebaik-baiknya.
Cobalah sekarang kita menengok kitab suci kita Al-Qur’an: “Para malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan, dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun” (QS. Al-Ma’arij 70:4).
Jika bumi sebagai acuan, relativitas terjadi barangkali karena tempat yang tinggi karena ada istilah naik pada ayat di atas, juga bisa terjadi karena kecepatan para malaikat dan Jibril yang mendekati kecepatan cahaya, karena malaikat dan jibril bahan dasarnya atau diciptakan dari cahaya. Sehingga waktu mengalami pemoloran (pelambatan atau delatasi), dimana satu hari molor menjadi lima puluh ribu tahun di bumi.
Atau ayat berikut ini: “Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu” (QS. Al-Sajdah 32:5).
Ayat tersebut juga menunjukan pemoloran (pelambatan) waktu, yang disebabkan perbedaan ketinggian karena ada istilah naik, sehingga waktu langit berbeda dengan waktu bumi.
Dalam Al-Qur’an disebutkan juga bahwa orang yang telah meninggal jika dibangkitkan kembali akan berpikir bahwa waktu mereka di dunia sangatlah singkat. Nah, persis dengan memahami teori relativitas, pertanyaan yang membingungkan tentang waktu yang satu hari setara dengan seribu tahun atau bahkan lima puluh ribu tahun dapat diterima akal dengan sebaik-baiknya.
“Dan ingatlah pada hari (ketika) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa) seakan-akan tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali sesaat saja pada siang hari, (pada waktu) mereka saling berkenalan, sesungguhnya orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah, dan mereka tidak mendapat petunjuk” (QS. Yunus 10:5).
Dan Allah berfirman, ”berapakah tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi? Mereka menjawab “kami tinggal di bumi sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada mereka yang menghitung” (QS. Al-Mu’minun 23:113).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar