Minggu, 05 Juli 2015

Spirit Imad Mughniyyah Tak Bisa ‘Dibunuh’




Oleh Prof. Dr. Syafi’i Maarif (Cendekiawan Muslim)

Mengikuti terminologi yang digunakan Uri Avnery (aktivis perdamaian Israel anti-Zionisme), dilikuidasi sama dengan dihabisi. Siapa yang dilikuidasi, mengapa? Tidak sembarangan orang, yaitu kepala staf sayap militer Hizbullah Lebanon Selatan, tangan kanan Hassan Nashrullah: Imad Fayez Mughniyah, Februari 2008 di Damaskus.

Di mata Zionis, Mughniyah lebih dari pada seorang teroris; ia adalah mbahnya teroris. Sekalipun tidak ada pengakuan bahwa yang menghabisinya adalah Mossad (dinas rahasia Israel), hampir semua pengamat setuju bahwa yang melakukannya adalah dinas rahasia ini.

Kita tidak tahu sudah berapa ribu korban Mossad sejak didirikan pada Desember 1949. Dinas ini langsung berada di bawah perdana menteri Israel. Tidak kurang 1.200 staf yang bekerja secara sangat profesional di bawah kendali Mossad.

Mughniyah adalah salah satu korban terpenting yang sangat ditakuti Zionisme selama ini. Tetapi, apakah Hizbullah akan membiarkan pembunuhan ini berlalu begitu saja? Berdasarkan kutipan Dyab Abou Jahjah, seorang aktivis Lebanon, dalam mingguan al-Ahram (21-27 Februari 2008) Nashrullah menjawab: “Jika Anda menginginkan semacam perang terbuka, kemudian biarlah perang terbuka itu berlaku!”

Sebenarnya, tulis Jahjah, Israel tidaklah menginginkan perang terbuka itu, karena mereka sadar betul bahwa posisi Hizbullah sekarang jauh lebih kuat dibandingkan tahun 2006, apakah dalam hal logistik maupun dalam struktur organisasi yang mampu memukul Israel di berbagai bagian dunia.

Dalam perang tahun 2006 itu, semua orang tahu bahwa tentara Israel telah dikalahkan, di mana Mughniyah adalah salah seorang komandannya.

Mengapa Mughniyah dilikuidasi di luar daerah perang, yaitu di Lebanon Selatan? Jawaban terhadap pertanyaan inilah yang mendorong Nashrullah memberi pernyataan seperti di atas. Dan orang pun tahu bahwa Nashrullah bukanlah beretorika. Apa yang dikatakannya akan segera diikuti oleh tindakan. Itulah sebabnya pihak keamanan Israel memberi peringatan kepada warganya agar selalu waspada.

Mughniyah kelahiran Lebanon Selatan pada 7 Desember 1962 dari keluarga miskin Syi’ah. Tidak banyak yang diketahui tentang masa mudanya, tetapi ia pernah kuliah di Universitas Amerika Beirut, pernah juga bertugas sebagai penembak dalam organisasi al-Fatah, pimpinan Yasser Arafat. Media Barat memasukkannya dalam daftar “Most Wanted Terrorist” (Teroris yang Paling Diincar).

Nashrullah selalu meminta bukti bahwa Mughniyah memang penjahat, dan bukti itu tidak ditemukan sampai ia dibunuh melalui bom mobil.

Dalam situasi konflik, perang spionase telah menjadi hal yang lumrah. Tetapi, satu hal yang perlu dikatakan adalah bahwa semua konflik ini berasal dari cengkeraman imperialisme Zionisme di Asia Barat dan Afrika Utara. Selama akar ini tidak dibongkar, hampir mustahil perdamaian dan keamanan akan wujud di kawasan itu. Itulah sebabnya seorang Avnery menolak Zionisme yang selalu mendapat dukungan dari Amerika dan beberapa negara Eropa.

Di mata Avnery, Israel harus membuang watak imperialismenya dalam format Zionisme itu.

Yang dikhawatirkan Jahjah adalah jika Israel menyerang lagi Lebanon Selatan untuk menebus kekalahan 2006, pasti akan memicu perang dalam skala yang lebih luas. Tidak mustahil Suriah, Iran, dan Mesir akan terlibat. Apakah Israel berani menghadapi risiko ini? Israel tidak boleh lagi bermimpi seperti tahun 1967, saat dunia Arab bertekuk lutut dibuatnya. Dan, tulis Jahjah, pasukan Hizbullah dalam jumlah puluhan ribu telah siap menghadang tentara penjajah itu. Apalagi sekarang, Hizbullah telah menyiapkan sistem misil anti-pesawat udara musuh yang selama ini dikenal sangat unggul.

Perang 2006 adalah bukti bahwa Israel sudah semakin rapuh, apalagi nanti yang akan menduduki Gedung Putih semoga bukan seorang penjahat perang.

Adapun dunia Arab yang setengah lumpuh selama ini, kemenangan pasukan Hizbullah tahun 2006 itu sedikit banyak telah menyadarkan mereka bahwa jika disiapkan sungguh-sungguh untuk menangkis serangan Israel, sesuatu yang di luar dugaan bisa saja terjadi.

Pembunuhan Mughniyah justru akan semakin memicu semangat juang pasukan Hizbullah untuk mempertahankan kemerdekaan tanah air mereka. Mughniyah boleh saja dibunuh, ribuan Mughniyah yang lain akan muncul.

Ehud Olmert, sang likuidator, sangat paham bahwa Nashrullah bukanlah tipe manusia yang suka menebarkan perang urat saraf, tetapi pemimpin yang dapat menghancurkan saraf musuh melalui tindakan. Situasi memang sudah mulai berubah. Sebab itu segala bentuk penjajahan harus dilikuidasi secara total, jika dunia mau aman.

(Sumber: Resonansi Republika, Selasa 27 Februari 2008) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar