Oleh Prof. Dr. Syafi’i Maarif (Cendekiawan Muslim)
Mengikuti terminologi yang
digunakan Uri Avnery (aktivis perdamaian Israel anti-Zionisme), dilikuidasi
sama dengan dihabisi. Siapa yang dilikuidasi, mengapa? Tidak sembarangan orang,
yaitu kepala staf sayap militer Hizbullah Lebanon Selatan, tangan kanan Hassan
Nashrullah: Imad Fayez Mughniyah, Februari 2008 di Damaskus.
Di mata Zionis, Mughniyah
lebih dari pada seorang teroris; ia adalah mbahnya teroris. Sekalipun tidak ada
pengakuan bahwa yang menghabisinya adalah Mossad (dinas rahasia Israel), hampir
semua pengamat setuju bahwa yang melakukannya adalah dinas rahasia ini.
Kita tidak tahu sudah
berapa ribu korban Mossad sejak didirikan pada Desember 1949. Dinas ini
langsung berada di bawah perdana menteri Israel. Tidak kurang 1.200 staf yang
bekerja secara sangat profesional di bawah kendali Mossad.
Mughniyah adalah salah
satu korban terpenting yang sangat ditakuti Zionisme selama ini. Tetapi, apakah
Hizbullah akan membiarkan pembunuhan ini berlalu begitu saja? Berdasarkan
kutipan Dyab Abou Jahjah, seorang aktivis Lebanon, dalam mingguan al-Ahram
(21-27 Februari 2008) Nashrullah menjawab: “Jika Anda menginginkan semacam
perang terbuka, kemudian biarlah perang terbuka itu berlaku!”
Sebenarnya, tulis Jahjah,
Israel tidaklah menginginkan perang terbuka itu, karena mereka sadar betul
bahwa posisi Hizbullah sekarang jauh lebih kuat dibandingkan tahun 2006, apakah
dalam hal logistik maupun dalam struktur organisasi yang mampu memukul Israel
di berbagai bagian dunia.
Dalam perang tahun 2006
itu, semua orang tahu bahwa tentara Israel telah dikalahkan, di mana Mughniyah
adalah salah seorang komandannya.
Mengapa Mughniyah
dilikuidasi di luar daerah perang, yaitu di Lebanon Selatan? Jawaban terhadap
pertanyaan inilah yang mendorong Nashrullah memberi pernyataan seperti di atas.
Dan orang pun tahu bahwa Nashrullah bukanlah beretorika. Apa yang dikatakannya
akan segera diikuti oleh tindakan. Itulah sebabnya pihak keamanan Israel
memberi peringatan kepada warganya agar selalu waspada.
Mughniyah kelahiran
Lebanon Selatan pada 7 Desember 1962 dari keluarga miskin Syi’ah. Tidak banyak
yang diketahui tentang masa mudanya, tetapi ia pernah kuliah di Universitas
Amerika Beirut, pernah juga bertugas sebagai penembak dalam organisasi al-Fatah,
pimpinan Yasser Arafat. Media Barat memasukkannya dalam daftar “Most Wanted
Terrorist” (Teroris yang Paling Diincar).
Nashrullah
selalu meminta bukti bahwa Mughniyah memang penjahat, dan bukti itu tidak
ditemukan sampai ia dibunuh melalui bom mobil.
Dalam situasi konflik,
perang spionase telah menjadi hal yang lumrah. Tetapi, satu hal yang perlu
dikatakan adalah bahwa semua konflik ini berasal dari cengkeraman imperialisme
Zionisme di Asia Barat dan Afrika Utara. Selama akar ini tidak dibongkar,
hampir mustahil perdamaian dan keamanan akan wujud di kawasan itu. Itulah
sebabnya seorang Avnery menolak Zionisme yang selalu mendapat dukungan dari
Amerika dan beberapa negara Eropa.
Di mata Avnery, Israel
harus membuang watak imperialismenya dalam format Zionisme itu.
Yang dikhawatirkan Jahjah
adalah jika Israel menyerang lagi Lebanon Selatan untuk menebus kekalahan 2006,
pasti akan memicu perang dalam skala yang lebih luas. Tidak mustahil Suriah,
Iran, dan Mesir akan terlibat. Apakah Israel berani menghadapi risiko ini?
Israel tidak boleh lagi bermimpi seperti tahun 1967, saat dunia Arab bertekuk
lutut dibuatnya. Dan, tulis Jahjah, pasukan Hizbullah dalam jumlah puluhan ribu
telah siap menghadang tentara penjajah itu. Apalagi sekarang, Hizbullah telah
menyiapkan sistem misil anti-pesawat udara musuh yang selama ini dikenal sangat
unggul.
Perang 2006 adalah bukti
bahwa Israel sudah semakin rapuh, apalagi nanti yang akan menduduki Gedung
Putih semoga bukan seorang penjahat perang.
Adapun dunia Arab yang
setengah lumpuh selama ini, kemenangan pasukan Hizbullah tahun 2006 itu sedikit
banyak telah menyadarkan mereka bahwa jika disiapkan sungguh-sungguh untuk
menangkis serangan Israel, sesuatu yang di luar dugaan bisa saja terjadi.
Pembunuhan Mughniyah
justru akan semakin memicu semangat juang pasukan Hizbullah untuk
mempertahankan kemerdekaan tanah air mereka. Mughniyah boleh saja dibunuh,
ribuan Mughniyah yang lain akan muncul.
Ehud Olmert, sang
likuidator, sangat paham bahwa Nashrullah bukanlah tipe manusia yang suka menebarkan
perang urat saraf, tetapi pemimpin yang dapat menghancurkan saraf musuh melalui
tindakan. Situasi memang sudah mulai berubah. Sebab itu segala bentuk
penjajahan harus dilikuidasi secara total, jika dunia mau aman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar