Dalam
Islam, sains tidak bisa lepas dari pandangan tauhid termasuk etika alias
moralitas. Akan terjadi split personality pada seorang saintis muslim jika
masih melihat konflik relasi agama dengan sains, yang mengakibatkan agama
menjadi sekuler (seperti terjadi pada kalangan muslim neoliberal ciptaan
Amerika di Indonesia yang kehilangan identitas dan kepercayaan diri mereka
kepada Islam, sementara di saat lain, kelompok Wahabi pun tak lebih pion Israel
dan Amerika karena para majikan dan para tokoh, ideologi & penyedia dana
mereka dikendalikan Israel dan Amerika).
Nah,
dalam hal demikian lah, dibutuhkan bingkai cara berpikir bahwa mengembangkan
sains bagian dari tugas agama. Ibn Haitham, Ar-Razi memandang tugas sains itu
sebagai tugas agama. Mengkaji alam pada akhirnya juga membaca manifestasi dan
kebesaran Tuhan.
Kita
lihat di Iran, setidaknya ada indikasi kuat yang mengarah ke hal yang demikian.
Sains berkembang di Iran. Informasi ini menjadi penting, karena biasanya kita
hanya mendapat informasi tentang Iran dari sisi Revolusi dan Teologi, dan kita
jarang melihat dari sisi Sains-nya.
Dan
perlu ditegaskan sekali lagi, kita melihat hal ini dari sisi holistik,
pengembangan sains itu menjadi bagian dari perjuangan mandiri sebagai bangsa.
Penguasaan sains menjadi elemen niscaya menjadi bangsa yang mandiri. Tuntutan agama
Islam itu kan menjadi bangsa yang mandiri, tidak hanya semangat jihad khilafah
yang justru menjelma kejahatan itu, sembari tidak memperjuangkan jihad ilmu dan
sains.
Bagi
muslim yang ingin maju, sains justru menjadi elemen penting –di mana penguasaan
sains itu sendiri bagi Muslim Syi’ah Iran merupakan tuntutan agama. Islam
secara fitrah menuntut mengembangkan semua potensi termasuk Sains. Cara
berpikir monokausal itu melihat, hanya karena faktor kejepit Iran maju, atau
hanya karena faktor Revolusi, sains berkembang pesat, atau hanya melihat faktor
Iran punya modal budaya sejarah Sains.
Harusnya
kita pakai berpikir both and, menerima banyak faktor kondisional, contohnya:
kertas, udara, api itu elemen-elemen penyebab kertas terbakar. Sains maju di Iran,
karena kombinasi, faktor Revolusi, faktor “kejepit”, faktor modal sejarah
Sains, faktor tersedianya infrastruktur budaya dan sosio religi –yang dalam hal
ini haruslah diakui bersumber dari spirit Syi’ah Iran.
Di
sinilah, Sayid Ali Khamenei seringkali menyampaikan pesan tentang pentingnya
jihad ilmu –tidak seperti kaum Wahabi yang memahami jihad hanya sebagai
memerangi manusia atau memerangi non muslim.
Contoh
lainnya adalah fatwa ulama Iran tentang kloning telah menjadikan ilmu kloning
berkembang pesat di Iran. Kalau teologinya tidak rasional itu nanti jadi
penghambat kemajuan Sains –seperti kondisi muslim kebanyakan dan apalagi di
negeri Indonesia, yang meski pahit haruslah kita akui masih tertinggal dalam
pencapaian sains. Alih-alih sejumlah kelompok muslim Indonesia malah menjadi
muslim neoliberal karbitan Amerika dan jadi pelayan kepentingan Amerika serta
kehilangan kemandirian.
Begitu
pun, yang juga tak dapat diingkari, Fenomena Nuklir Iran yang sudah
beberapa tahun ini menjadi headline berita-berita dunia, dengan sendirinya
menjadi fondasi utama berbagai kemajuan para ilmuwan dalam negeri Iran. Dalam
hal ini, berbagai kemajuan dan aneka prestasi Iran selama tiga dekade ini,
sesekali dipamerkan juga ke dunia internasional. Keberhasilan di bidang nuklir
ini tentu juga merupakan salah satu indikator kemajuan sains di negara
tersebut. Namun ironisnya, meski media-media ilmiah Barat mengklaim dirinya
bersikap obyektif, mereka masih menolak untuk merilis makalah ilmiah para
ilmuwan Iran.
Tak
ketinggalan pula, para saintis di bidang teknologi nano pun mengalami kemajuan
pesat, sehingga teknologi yang rumit ini sekarang sudah banyak membantu
menciptakan berbagai komoditas alias produk-produk tekhnologi –utamanya
kesehatan. Kemudian di bidang lainnya, saintis Iran juga berhasil memanfaatkan
teknologi sel punca untuk menyembuhkan beragam penyakit akut yang selama ini
sulit diobati. Seperti penyembuhan penyakit buta dan beragam kasus lainnya.
Namun prestasi paling berkesan di bidang ini adalah keberhasilan para ilmuwan
Iran mengkloning seekor kambing dengan memanfaatkan sel punca tersebut.
Tak
ragu lagi, prestasi ini merupakan bukti kemajuan Iran di bidang kedokteran,
khususnya dalam reproduksi sel punca tersebut.
Sementara
itu, di bidang kedokteran ada penciptaan obat IMOD yang berfungsi untuk
meningkatkan fungsi ketahanan tubuh menghadapi virus AIDS. Sebagaimana
diberitakan situs-situs sains dan kedokteran, keampuhan obat ini bahkan telah
diakui oleh otoritas kedokteran dunia.
Beberapa
waktu silam, misalnya, para pakar farmasi Iran juga berhasil mengeluarkan obat
baru Angi Pars, dimana obat ini berfungsi untuk menyembuhkan luka penyakit
diabetes atau kencing manis, sehingga bisa mencegah terjadinya amputasi.
Tentu
juga dalam bidang pertahahan, yang belakanngan ini semakin digalakkan
karena kebutuhan defense alias pertahanan diri, di mana Iran pun sudah menerima
alokasi berbagai kreasi saintis dalam negeri Iran, dari pesawat tak berawak,
kapal selam, berbagai jenis rudal, tank-tank perang, pesawat tempur, yang
kesemuanya diciptakan oleh sebagian besar ilmuwan Iran.
Begitu
pun di bidang robotik, Iran juga tidak ketinggalan dengan Jepang dan Barat.
Kemudian teknologi Roket dan Satelit juga ikut andil dalam memajukan Iran.
Mendapati
perkembangan yang demikian, Amerika dan kawan-kawan pun semakin jengkel dengan
kemajuan Iran tersebut, sampai kemudian muncul sanksi PBB yang disetujui Barat,
Eropa, dan mayoritas anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB (mayoritas anggota
tidak tetap Dewan Keamanan PBB ini diduga karena ditekan Barat agar mendukung
sanksi anti-Iran).
Namun,
seperti kita lihat, Iran tetap tegak dan bahkan semakin tegak, sekaligus
bermartabat. Dari madrasah manakah bangsa Iran ini belajar? Tak lain dari
Madrasah Karbala Imam Husain ‘alayhis-salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar