Jumat, 10 Juni 2016

Teka-Teki Segitiga Bermuda



Di bagian barat lautan Atlantik, ada area tertentu (Laut Sargaso) yang terkenal sangat aneh, misterius, dan belum terjawab hingga saat ini ketika ingin diketahui secara tepat apa sebenarnya kawasan tersebut, secara ilmiah. Ditempat ini air lautan dihuni oleh jenis tertentu dari binatang laut yang disebut “Sarjasam”, yang biasa mengapung dalam jumlah besar, dalam bentuk kelompok-kelompok yang bisa menghalangi laju perahu dan kapal laut.

Dulu, ketika Christopher Colombus pertama kali sampai di tempat ini, ia meyakini bahwa dirinya telah dekat dengan daratan (pantai), karena itu ia semakin bersemangat melanjutkan perjalanannya dengan harapan akan segera sampai di pantai terdekat, akan tetapi usahanya sia-sia.

Laut sargaso juga terkenal dengan keheningannya yang mencekam. Ia adalah laut mati, tidak didapati gerakan apapun karena jarangnya hembusan udara dan angin yang menerpanya. Para pelaut menjulukinya dengan banyak nama, antara lain “Laut Seram” dan “Kuburan Atlantik”. Hal ini mereka saksikan dari suasana mencekam dan ketakutan luar biasa pada saat mereka berlayar.

Ekspedisi laut modern mengisyaratkan adanya jumlah besar dari kapal laut, kapal selam, dan perahu yang teronggok di dasar laut (Sargaso) ini, yang berasal dari berbagai masa semenjak perjalanan melalui lautan. Kebanyakan kapal-kapal tersebut terbenam di dasar lautan pada sisi-sisi yang gelap, disamping hilangnya sejumlah besar kapal dan perahu tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Juga ditemukan pada dasar lautan ini ratusan bentuk luar biasa dari bekas kapal dan penumpangnya.

Pada tahun 1850, di wilayah ini telah hilang lebih dari 50 kapal. Sebagian nahkoda berhasil mengirimkan surat-surat (telegram) pada saat-saat genting, akan tetapi anehnya surat-surat tersebut menjadi tidak jelas saat terkirim ke alamat yang dikirim, sehingga tidak seorang pun yang bisa memahaminya. Kebanyakan kapal yang hilang adalah milik pemerintahan Amerika Serikat. Yang pertamakali adalah kapal Enserjen, yang hilang dengan memuat 340 penumpang. Disusul hilangnya kapal selam Scorpion pada tahun 1968 yang mengangkut 99 pelaut.

Sementara itu, di tahun 1880, kapal yang hilang di Segitiga bermuda adalah kapal perang Inggris Atlanta yang mengangkut 290 orang, kemudian pada tahun 1918 kapal Amerika Saiklob yg mengangkut 309 orang. Pada bulan April 1925, kapal pengangkut barang Raifuku Maru dari Jepang, yang dapat dikatakan sudah modern dan dilengkapi pemancar radio, tenggelam setelah mengirim berita yang berbunyi: ”Seperti pisau raksasa! Cepat tolong! Kami tak mungkin lolos!”, persis pada saat tersebut kapal Jepang itu ditelan ombak bersama seluruh awaknya. Tak ada yang tersisa.

Di bulan oktober 1951, kapal tanker Southern Isles mengalami nasib serupa. Ketika berlayar dalam konvoi, tiba-tiba ia hilang sampai kapal-kapal yang lain hanya melihat cahaya yang ditinggalkannya sedang tenggelam ke dasar laut. Kapal tanker kembarannya, Southern Districts, tenggelam dengan cara yang sama di bulan Desember 1954. Ia hilang tanpa meninggalkan isyarat SOS ketika berlayar melintasi wilayah yang misterius itu ke utara menuju South Carolina.

Keanehan ini juga berimbas ke wilayah udara lautan Atlantik, dimana banyak pesawat tiba-tiba raib saat melewati udara Lautan Atlantik, atau melalui udara Bermuda. Pada 5 Desember tahun 1945, contohnya, formasi lengkap 5 buah pesawat pelempar torpedo Grumman TMB-3 Avenger Angkata Laut Amerika Serikat raib di hari yang masih siang. Sebuah pesawat penyelamat yang ingin mencari sisa-sisanya pun ditelan ombak di “laut yang tidak beres” itu. Lima jet tempur itu bertolak dari pangkalan udara Forth Lauderdale di utara Miami wilayah Florida, Amerika Serikat dalam rangka misi pelatihan. Penerbangan ini dimulai dari Florida pukul 14.40 menuju arah timur sejauh 160 mil, kemudian belok ke utara sejauh 40 mil, dan akhirnya ke Barat Daya utk kembali ke pangkalan lagi. Dalam perjalanan ada acara latihan menyerang beberapa bangkai kapal di pantai kepulauan Great Sale Clay. Saat itu lima pesawat terbang dalam formasi segitiga.

Lima pesawat tempur ini diawaki oleh 5 pilot dibantu 8 tenaga ahli yang sangat mahir dan berpengalaman. Pimpinan Pilot saat itu adalah Letnan Charles Taylor yang sudah mengantongi 2.500 jam terbang berada pada ujung formasi segitiga. Skuadron tersebut pada saat menjalankan latihan pada sekejap waktu mengarah kepada rongsokan kapal pengangkut barang yang mengapung di permukaan laut Atlantik selatan Bimini. Pada pukul 15.45 saat pimpinan pangkalan militer menunggu berita dari skuadron 19, untuk menentukan letak pangkalan dan kode landing, pimpinan pangkalan militer tersebut sekonyong-konyong menerima berita aneh dari Pilot penerbangan (Letnan Charles Taylor), berteriak mengatakan:

” Ini gawat Pak! kami sepertinya kehilangan arah! Tak ada daratan. Ulangi! Tak ada daratan! Saya tidak bisa menentukan arah, kami telah nyasar di angkasa, semuanya terlihat asing dan membingungkan, kami tidak tahu arah!”

Menara pengawas mananyakan formasi pesawat, tapi Taylor menjawab: “Tak tahu persis dimana kami berada!”

“Terbanglah ke Barat!” perintah menara. Tapi kemudian lama sekali tidak ada kontak. Lalu ada percakapan simpang siur dari beberapa orang penerbang yang lain.

“Kami tidak tahu dimana arah Barat itu. Ada yang tidak beres ini. Semua terlihat aneh. Bahkan  lautnya juga.” Sesudah sepi sejenak, komandan penerbangan menyerahkan komando kepada penerbang lain tanpa alasan yang jelas. Komandan baru ini melapor dengan suara setengah histeris: ”Ya Tuhan! Di mana kami ini! Mungkin kami sudah melewati Florida dan terbang di atas Teluk Meksiko!”

Pada saat itu komandan yang baru memutuskan untuk terbang kembali 180 derajat ke arah Florida lagi, tetapi dari kenyataan sinyal radionya makin lama makin lemah, diduga ia justru terbang lebih menjauhi pangkalan. Laporan terakhir yang ditangkap ialah: “Nampaknya kami memasuki air putih...tamatlah kami!”

Segera sesudah kontak dengan penerbang itu putus, sebuah pesawat amfibi PBM-5 Martin Mariner mengangkasa untuk memberi pertolongan. Beberapa menit kemudian, pesawat ini melaporkan posisinya, tapi kemudian pemancarnya diam. Pesawat ini hilang juga bersama 13 awak pesawat. Tak berbekas seperti lima pesawat Grumman yg hendak ditolong. Menurut saksi mata di atas kapal tanker Gaines miles yang kebetulan berlayar di daerah itu, pesawat amfibi itu jatuh ke laut.

TERMASUK PESAWAT YG RAIB ADALAH
[1] Pada tahun 1945, raib dua buah pesawat pengebom milik angkatan bersenjata Amerika Serikat.

[2] Pada tahun 1948, pesawat penumpang Inggris Star Tiger yang mengangkut 313 penumpang raib.

[3] Kembali pesawat penumpang Inggris , Star Ariel yang mengangkut 474 penumpang juga raib.

[4] Pada tahun 1956, pesawat P5M milik Angkatan Laut Amerika Serikat raib bersama 5 orang penumpangnya.

Pertanyaanya adalah: Apakah ada waktu tertentu untuk mengetahui terjadinya musibah di Segitiga Bermuda? Para peneliti menilai bahwa kebanyakan peristiwa terjadi pada waktu-waktu tertentu, yang disebut dengan musim menghilang, yaitu musim liburan antara November, Desember dan Februari, khususnya yang mendahului awal tahun baru Masehi atau sesudahnya. Banyak teori dikemukakan untuk mengungkap teka-teki (misteri) Segitiga bermuda, antara lain:

[1] Teori Gempa laut dan serangan gelombang besar. Teori ini mengatakan: Gesekan dan goncangan di tanah di dasar Lautan Atlantik menghasilkan gelombang dahsyat dan seketika kapal-kapal menjadi hilang kendali dan langsung menuju dasar laut dengan kuat hanya dalam beberapa detik. Adapun hubungannya dengan pesawat, maka goncangan dan gelombang kuat tersebut menyebabkan hilangnya keseimbangan pesawat serta tidak adanya kemampuan bagi pilot untuk menguasai pesawat.

[2] Teori Gravitasi (medan graviti terbalik, anomali magnetik graviti) dan hubungannya dengan apa yang terjadi di Segitiga Bermuda; sesungguhnya kompas dan alat navigasi elektronik lainnya di dalam pesawat pada saat terbang di atas Segitiga Bermuda akan goncang dan bergerak tidak normal, begitu juga dengan kompas pada kapal, yang menunjukkan kuatnya daya magnet dan anehnya gravitasi.

[3] Teori lubang ruang waktu yang menyedot hilang semua materi, seperti black hole (lubang hitam) yang ada di angkasa.

[4] Teori pusaran air. Menurut Bill Dillon dari U.S Geological Survey, air bercahaya putih itulah penyebabnya. Di daerah Segitiga Maut Bermuda, juga di beberapa daerah lain sepanjang tepi pesisir benua, terdapat “tambang metana”. Tambang ini terbentuk gas metana menumpuk di bawah dasar laut yang tak dapat ditembusnya. Gas ini dapat lolos tiba-tiba kalau dasar laut retak. Lolosnya tidak kepalang tangung. Dengan kekuatan yang luar biasa, tumpukan gas itu menyembur ke permukaan sambil merebus air, membentuk senyawaan metanahidrat. Air yang dilalui gas ini mendidih sampai terlihat sebagai “air bercahaya putih”. Blow out serupa yang pernah terjadi di Laut Kaspia sudah banyak menelan anjungan pengeboran minyak sebagai korban. Regu penyelamat yang dikerahkan tdk menemukan sisa sama sekali. Mungkin karena alat dan manusia yang menjadi korban tersedot pusaran air, dan jatuh kedalam lubang bekas retakan dasar laut, lalu tanah dan air yang semula naik ke atas tapi kemudian mengendap lagi di dasar laut, menimbun mereka semua. Kemudian pesawat yang terbang rendah memang dapat terpengaruh oleh pancaran air mendidih bercampur gas yang luar biasa kuatnya itu, lalu jatuh ke laut. Tetapi apakah yang menyebabkan kompas pesawat Grumman itu tidak berfungsi? Jelas medan magnet, tapi dari apa? Apakah dari ledakan gunung di dasar laut? Ini masih tetap menjadi misteri.

[5] Teori Piring Terbang (UFO) mengatakan bahwa di wilayah itu adalah markas besar UFO di bumi ini. Ada hubungan antara munculnya piring terbang dengan raibnya kapal dan pesawat di wilayah tersebut.

[6] Yang lebih aneh lagi adalah Segitiga Bermuda tersebut dianggap sebagai pusat Pemerintahan Kota Atlantis yang tenggelam ribuan tahun yang lalu, kota manusia duyung, selain pusat persembunyian Dajjal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar