Jumat, 13 Maret 2015

Bertrand Russell Versus Murtadha Muthahhari –Bagian Keempat


Terlepas apakah berkaitan atau tidak berkaitan dengan sejumlah tulisan dan pandangan Russell yang berciri materialis di mana Muthahhari sempat menyindirinya itu, Muthahhari menulis bahasan khusus dan tersendiri dalam rangka mengkritisi aliran materialisme dan kaum materialis ini. Tilikan Muthahhari terkait materialisme tersebut, juga berkenaan dengan maraknya gerakan tersebut di Barat (khususnya Eropa) yang menggiringnya pada suatu telaah dan tesis di mana menurutnya gerakan materialisme dalam banyak hal lahir dan berkembang dalam situasi dan kondisi sosial-politik-historis dan teologis di Barat itu sendiri.

Menurut Muthahhari, suburnya paham dan gerakan materialisme di Barat tak dapat dilepaskan dari “kekurangan” doktrin Gereja Kristen dan kuatnya paham antropomorfisme Tuhan dalam doktrin Kristen dan Gereja Barat. Kita pun maphum, bahwa dalam sejarahnya, agama Kristen telah tercampur dengan paham dan budaya Yunani ketika diterima di Eropa (Barat). Muthahhari menulis:

“Gereja menggambarkan sosok Tuhan serupa dengan manusia dan mengajukannya kepada manusia dalam rupa antropomorfis. Di bawah Gereja (Barat)-lah mereka dibesarkan dengan mengkonsepsikan Tuhan sama dengan manusia dan bentuk fisik lainnya. Kemudian dengan kemajuan sains, mereka menjumpai gagasan itu tidak konsisten dengan kaidah-kaidah ilmiah yang objektif dan rasionalitas”.

Singkat kata, sedari awal, doktrin Gereja telah menempatkan dan memposisikan dirinya bertentangan dengan rasionalitas, ilmu pengetahuan, dan sains, dan anehnya hal ini pula yang banyak disoroti pula oleh Russell ketika mengkritik agama dan Gereja, yang juga menurut Russell, banyak bertentangan dengan sains dan ilmu pengetahuan. Mari kita simak apa yang ditulis dan dikemukakan oleh Russell ketika ia menyingkap kiprah Gereja Eropa di masa silam yang berseberangan dengan rasionalitas, ilmu pengetahuan, dan sains modern, hingga menghukum (menginkuisisi) banyak ilmuwan dan pendetanya yang sejalan dengan sains modern:

“Mereka (Gereja) berpendapat bahwa bumi adalah pusat alam semesta, dikelilingi oleh lapisan benda-benda angkasa, semua yang berada di luarnya adalah kerajaan dan singgasana Tuhan beserta malaikat-malaikatNya…..

Dan Calvin berkata: ‘Siapa yang akan berusaha menempatkan otoritas Copernicus di atas Roh Kudus?’ Tetapi pada umumnya Copernicus tidak banyak diperhatikan. Ia tidak memberi dasar yang kuat akan teorinya, dan karenanya boleh mengabaikannya.

Karya Galileo-lah yang menyebabkan Gereja Katolik mengumumkan Teori Copernicus sesat, pertama pada 1616 dan kemudian pada 1633. Serangan pada teori ini sangat keras. Jesuit Inchofer, salah-satu pemimpinnya, berkata pada 1631: ‘Pendapat bahwa Bumi bergerak adalah kesesatan yang paling menjengkelkan, paling jahat, paling keji; tidak bergeraknya Bumi adalah tiga kali sakral; argumen menentang keabadian jiwa, eksistensi Tuhan, dan inkarnasi, bisa lebih ditoleransi daripada argumen yang ingin membuktikan bahwa Bumi bergerak’.

Kita pun maphum, sebagaimana dikeluhkan oleh Russell tersebut, di abad ke-16 –yang lazim kita kenal sebagai Abad Inkuisisi di Eropa itu, Nicolaus Copernicus dengan berani mengemukakan teori dan pandangannya bahwa matahari tidak mengelilingi bumi sebagaimana yang dinyatakan Ptolomeus dan dipercayai Gereja, tapi bumi-lah yang justru mengelilingi matahari. Kesimpulan Heliosentrisnya itu ia dapatkan berdasarkan observasi dan perhitungan matematis, hanya saja ia tidak menerbitkan karyanya kala itu karena khawatir inkuisisi Gereja akan menimpa dirinya.

Seabad kemudian setelah temuan Nicolaus Copernicus itu –tepatnya di abad 17, Galileo Galilei dengan teleskop ciptaannya mampu membuktikan teori dan pandangan Nicolaus Copernicus tersebut dengan lebih meyakinkan, bahwa bumi mengelilingi matahari, yang juga menyebabkan terjadinya siang-malam secara bergiliran selama 24 jam. Karena kegigihan dan pembelaannya tersebut, Galileo dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh Gereja. Sementara itu, seorang pendeta Dominikan yang juga membenarkan teori-nya Nicolaus Copernicus tersebut, yaitu Giordano Bruno (1548-1600) dibakar hidup-hidup di tiang pancang oleh Gereja di tahun 1600.

Terkait ketidakselarasan antara doktrin Gereja dan ilmu pengetahuan atau sains modern ini, yang meski berbeda tilikannya tapi masih searah dengan Russell, Muthahhari bahkan memandang beberapa ayat dalam Genesis (Kitab Kejadian) itu sendiri sudah menunjukkan sebagai ayat-ayat yang tidak selaras dengan ilmu pengetahuan dan akal. Muthahhari menulis:

Di dunia Kristiani, sayangnya, bagian-bagian tertentu dari Perjanjian Lama mengajukan gagasan, bahwa terjadi kontradiksi antara ilmu pengetahuan dan agama. Dasar dari gagasan ini—yang sangat merugikan ilmu pengetahuan dan agama—adalah Kitab Kejadian, Perjanjian Lama.

Dalam meriwayatkan “Kisah Adam dan Pohon Terlarang”. Kitab Kejadian, Bab II, ayat 16-17 mengatakan:

Dan Tuhan Allah memberikan perintah kepada lelaki itu, dengan mengatakan, “Dari setiap pohon di surga, engkau boleh leluasa makan (buahnya). Namun untuk pohon pengetahuan tentang baik dan buruk, engkau tidak boleh makan (buahnya). Karena kalau engkau makan (buah) dari pohon itu, engkau pasti akan mati.”

Dalam Bab II, ayat 1-7 dikatakan:

Kini naganya lebih canggih ketimbang binatang buas sawah yang diciptakan Tuhan Allah. Dan dia berkata kepada wanita itu, “Ya, Tuhan telah berfirman, engkau tak boleh makan dari setiap pohon di surga?” Dan wanita itu berkata kepada sang naga, “Kita boleh makan buah dari pohon-pohon di surga. Namun untuk buah dari pohon yang ada di tengah-tengah surga, Tuhan telah ber­firman, engkau tidak boleh makan buah itu, juga tak boleh menyentuhnya, agar engkau tidak mati.” Dan sang naga berkata kepada sang wanita, “Tentu saja engkau dilarang, karena Tuhan tahu bahwa begitu engkau makan (buah itu), maka kedua matamu akan terbuka, dan engkau pun akan seperti dewa, tahu mana yang baik dan mana yang buruk.” Dan ketika sang wanita tahu bahwa pohon itu baik untuk makanan, dan bahwa pohon itu menyedapkan pandangan matanya, dan sebuah pohon yang dibutuhkan untuk membuat orang jadi arif, wanita itu pun memetik buah dari pohon itu, kemudian memakannya, dan juga memberikan kepada suaminya, dan sang suami pun memakannya. Dan mata mereka pun terbuka, dan mereka mendapati diri mereka telanjang. Lalu mereka menjahit daun-daun ara untuk pakaian mereka.

Dalam ayat 22-23 dalam Bab yang sama dikatakan:

Dan Tuhan Allah berfirman, “Lihatlah, lelaki itu menjadi seperti Kami, tahu yang baik dan yang buruk. Dan kini, jangan sampai dia mengulurkan tangannya, lalu memetik (buah) dari pohon kehidupan, kemudian makan (buah itu), dan hidup abadi.”[1]

Menurut konsepsi tentang manusia, Tuhan, ilmu pengetahuan dan kedurhakaan ini, Tuhan tidak mau kalau manusia sampai tahu yang baik dan yang buruk. Pohon Terlarang adalah pohon pengetahuan. Manusia baru dapat memiliki pengetahuan kalau dia menentang perintah Tuhan (tidak menaati ajaran agama dan para nabi). Namun karena alasan itulah manusia terusir dari surga Tuhan.

Menurut konsepsi ini, semua isyarat buruk merupakan isyarat ilmu pengetahuan, dan nalar merupakan iblis sang pemberi isyarat. Sebaliknya, dari Al-Qur’an Suci kita menjadi mengetahui bahwa Allah mengajarkan semua nama (realitas) kepada Adam, dan kemudian menyuruh para malaikat untuk sujud kepada Adam. Iblis mendapat kutukan karena tak mau sujud kepada khalifah Allah (Adam) yang mengetahui realitas. Hadis-hadis Nabi (saw) menyebutkan bahwa Pohon Terlarang adalah pohon keserakahan, kekikiran dan hal-hal seperti itu, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan sisi hewani Adam, bukan berhubungan dengan sisi manusiawi Adam. Iblis selalu mengisyaratkan hal-hal yang bertentangan dengan akal dan hal-hal yang dapat memenuhi hasrat rendah (hawa nafsu). Yang mencerminkan iblis di dalam diri manusia adalah hasrat seksual, bukan akal. Beda dengan semua ini, yang kita temukan dalam Kitab Kejadian sungguh-sungguh sangat mengherankan”.

Hak cipta © pada Sulaiman Djaya 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar