Sains
adalah aktivitas pemecahan masalah yang dilakukan oleh manusia yang dimotivasi
oleh rasa ingin tahu tentang dunia sekitar mereka dan keinginan untuk memahami
alam tersebut; serta keinginan untuk memanipulasi alam dalam rangka memuaskan
keinginan atau kebutuhannya. Misalnya dalam bidang pertanian diinginkan hasil
panen yang melimpah dan berkualitas baik, sehingga berkembanglah ilmu untuk
melakukan seleksi dan persilangan untuk didapatkan bibit yang baik, metode
pengolahan tanah yang optimal, perawatan tanaman supaya tidak diganggu hama dan
penyakit, sampai kepada pengolahan pasca panen. Objek penelitian bagi saintis
tidak hanya mencakup tanaman atau makhluk hidup seperti halnya dalam pertanian,
namun juga berbagai gejala geologis, ruang angkasa, materi dan perubahannya,
singkatnya apapun yang terdapat di alam ini. Perkembangan sains yang sangat
pesat di abad ke-20 telah menjadikan ruang lingkup riset sains termasuk juga
bahan sintetis (seperti plastik dan komposit), maupun berbagai hasil rekayasa
manusia (mobil, komputer, bio-tekhnologi).
Dalam
hal inilah akan menjadi menarik untuk diketahui apa yang sebenarnya dilakukan
oleh para ilmuwan menurut mereka sendiri. Secara tradisional terdapat dua
pandangan utama yaitu realis dan instrumentalis; masing-masing pandangan
mempunyai kelebihan dan kekurangannya, dan adopsi pandangan ini ternyata tidak
hanya terjadi di kalangan ilmuwan saja, namun juga ada pada guru dan siswa.
Oleh karena itu dikenalkan pandangan yang bisa merangkum keduanya serta
diharapkan berguna khususnya bagi siswa dan guru yang disebut realis kritikal.
Perspektif
Ilmuwan Realis
Bagi
seorang ilmuwan yang berpandangan realis, tujuan sains adalah untuk menjelaskan
dunia sekitar kita sebagai mana adanya, dan untuk menemukan dan menjelaskan
bagaimana mereka bekerja dan berinteraksi. Motivasi utama biasanya adalah rasa
ingin tahu. Salah satu tujuan sains adalah untuk menjelaskan dunia yang
teramati terutama oleh indera, untuk mengklasifikasi dan menyimpulkan
pengamatan dan menghasilkan pola-pola, aturan-aturan dan hukum-hukum alam.
Tetapi sains bergerak lebih jauh lagi, ia juga mengamati segala sesuatu yang
tidak dapat diinderai secara langsung. Sains membuat klaim teoritis tentang
keberadaan benda yang bahkan tidak akan pernah terlihat (seperti: elektron, gen
dan lubang hitam alias black hole) dan pembuatan postulatnya (teori sementara)
akan hal tersebut dalam usaha pencarian untuk dapat menjelaskan keberadaannya.
Ilmuwan
realis menganggap sains untuk mencoba menjelaskan alam nyata seperti apa
adanya, sekompleks dan serumit apapun hal tersebut. Dalam melakukan hal itu,
sains membuat berbagai kemajuan ke arah pemahaman yang makin baik, walaupun hal
itu tidak akan mencapai pemahaman yang sangat utuh. Seorang ilmuwan akan terus
bercerita pada anda bahwa setiap suatu pertanyaan dapat dijawab atau satu
masalah terpecahkan, pertanyaan atau masalah tambahan akan muncul dan akan
selalu ada hal lain yang harus dilakukan –seperti yang disitir oleh Carl Sagan
(1997): “Sains ialah proses yang
berlanjut, yang tidak akan pernah berakhir. Tidak ada kebenaran pokok yang
tunggal harus dicapai dan sesudah itu semua ilmuwan boleh pensiun. Dan karena
demikian keadaannya, dunia jauh lebih menarik, baik untuk ilmuwan maupun untuk
jutaan manusia di berbagai negara yang bukan ilmuwan profesional, tetapi sangat
tertarik dengan metode dan penemuan sains”.
Pengetahuan
yang didapatkan dari kegiatan sains merupakan nilai bagi dirinya sendiri.
Yaitu, suatu hasil yang ada untuk pemenuhan rasa ingin tahu manusia, namun hal
itu juga membuat kita bisa mengubah dan memanipulasi dunia untuk akhirnya dapat
digunakan untuk merubah kualitas hidup manusia, misalnya pada berbagai produk
konsumen yang meningkatkan standard hidup dalam hal kesehatan. Ilmuwan
realis berpandangan bahwa sains adalah hal yang mempelajari alam nyata dan
pengetahuan yang diperoleh melaluinya.
Tantangan
berikutnya bagi ilmuwan adalah setelah mencoba untuk menemukan realitas, adalah
dengan menjelaskannya pada komunitas ilmuwan maupun publik awam terutama untuk
hal yang tidak dapat dilihat dan diindera secara langsung. Untuk
menginformasikan hasil kerjanya ilmuwan harus terlibat dalam dunia komunikasi
yang serba terbatas. Pola komunikasi yang umum digunakan pun hanya melibatkan
kata-kata, persamaan matematika dan berbagai diagram, yang biasanya hanya mudah
dipahami oleh kalangan terbatas saja. Selain itu pola komunikasi yang digunakan
juga sangat berjarak dan kenyataannya tidak berhubungan secara tepat dengan
dunia nyata yang dijelaskannya seperti yang diinginkan. Sehingga bisa dikatakan
ilmuwan realis hanya memfokuskan pada aspek tertentu saja yang dianggap penting
pada waktu dan kesempatan khusus. Saat berbagai riset terus berkembang,
gambaran ini akan terus diperluas untuk memenuhi berbagai kepentingan yang
berbeda.
Ketika
seorang ilmuwan realis percaya bahwa tujuan dari sains adalah untuk menjelaskan
dengan tingkat keterwakilan yang makin mendekati dengan dunia nyata, namun hal ini
tidak berarti bahwa pada suatu waktu tertentu, suatu teori atau suatu proses
telah terlihat mendekati kenyataan yang ada. Seorang realis hanya akan menguji
pengetahuan berdasar klaim kebenarannya saja. Ketika seorang ilmuwan mengklaim
suatu pengetahuan misalnya, pernyataannya haruslah merupakan suatu status
pengetahuan yang sifatnya sementara saja. Yang terjadi berikutnya adalah apakah
hal tersebut dapat terus bertahan terhadap berbagai kritik yang dialamatkan
serta dapat memuaskan dalam menjelaskan realitas secara memuaskan oleh
komunitas ilmuwan yang menilainya. Pengujian terhadap klaim ini biasanya
membutuhkan waktu, terkadang dalam kurun yang cukup lama. Sejarah ilmu
pengetahuan menunjukkan bahwa ada berbagai klaim dalam sains bahkan tidak mampu
bertahan terhadap berbagai kritik dalam waktu yang sangat singkat setelah
diumumkan. Ketika kegiatan sains bertujuan untuk menampilkan pengetahuan yang
akurat tentang dunia nyata –seorang ilmuwan realis harus membuat penilaian
apakah hal tersebut memang dapat diterima atau tidak.
Perspektif
Ilmuwan Instrumentalis
Suatu
kenyataan bahwa seorang ilmuwan yang menganut pandangan realis mempunyai
pilihan dalam menyatakan berbagai pengetahuan berbagai gejala alam khususnya
tentang hal dan proses yang tidak teramati secara langsung tentunya dapat
membuat kebingungan, dan untuk sebagian orang, hal ini akan lebih masuk akal
untuk menganut pandangan lainnya, yaitu perspektif instrumentalis atau empiris.
Seperti halnya seorang ilmuwan realis, ilmuwan yang berpandangan instrumentalis
juga bertujuan untuk menjelaskan dunia yang teramati, untuk mengklasifikasi dan
menyimpulkan pengamatan, mendapatkan pola-pola, aturan-aturan dan hukum-hukum
yang berlaku di alam ini. Namun dalam hal penjelasan teoritis yang
berhubungan dengan hal dan proses yang tidak teramati, mereka melihatnya secara
berbeda; mereka menggunakan hal dan proses itu hanya sebagai alat (instrument)
yang berguna untuk membuat pengamatan bisa berkaitan.
Dalam
hal ini penjelasan yang mereka berikan, sumbangan bisa jadi sangat berharga,
dan sains dapat terus bergerak maju dengan memperluas dan memperbaiki berbagai
kaitan ini. Sehingga setiap klaim teoritis (walaupun hal itu sudah menjadi baku
sekalipun) dilihat sebagai fiksi atau model yang berguna yang membuat kita bisa
menghubungkannya dengan pengamatan untuk memperkirakan hasil secara tepat.
Karena tidak mungkin untuk menyatakan apakah klaim pengetahuan secara jelas
berhubungan dengan kenyataan atau tidak, seperti halnya menjelaskan bahwa
proses argumentasi kritik dalam sains membawa ke arah pengetahuan yang lebih
baik tentang kenyataan yang ada, sehingga akan lebih masuk akal bagi seorang
ilmuwan instrumentalis untuk tidak menyia-nyiakan waktu untuk berpikir pada
berbagai pertanyaan seperti itu. Memberikan instrument teoritis sebagai
model-model dimana meningkatnya kompleksitas yang disesuaikan dengan perilaku
di alam nyata, dan membuat kita lebih mampu untuk memanipulasi keadaan itu
dengan perkiraan hasil yang dapat diduga, itulah yang memang mereka inginkan.
Pandangan
ini lebih sederhana dibanding pandangan ilmuwan realis dan menghindari beberapa
kesulitan yang berhubungan dengan pendangan tersebut. Namun, hal ini tidak
berarti memberikan seluruh motivasi yang diinginkan para ilmuwan, bukan pula
hal ini sesuai dengan sejarah perkembangan sains. Terdapat anggapan bahwa semua
ilmuwan berpandangan sebagai seorang realis, seperti yang diperlihatkan oleh
tulisannya: motivasi utama mereka muncul dari keinginan untuk memahami dunia
nyata. Selanjutnya, sejarah sains menunjukkan bahwa terkadang ketika satu
kelompok ilmuwan mempunyai pemahanan teoritis yang memungkinkan mereka
memperkirakan suatu gejala dengan tepat, namun akan selalu terdapat
ketidakpuasan di dalamnya.
Perspektif
Realis Kritikal
Salah
satu contoh debat yang terkenal dalam perkembangan teori atom adalah antara
Einstein dan Bohr-Heisenberg. Einstein menganggap bahwa Tuhan tidak sedang
bermain dadu (pandangan realis), sedangan Bohr dan Heisenberg sebaliknya dengan
mengemukakan azas ketidakpastian dalam hal penentuan posisi dan kecepatan
electron (pandangan instrumentalis). Kedua pandangan yang kontras ini tentunya
memerlukan pandangan alternatif. Hal yang menarik sehubungan dengan pengajaran
sains di sekolah, rata-rata guru dan murid lebih condong kepada pandangan
ilmuwan realis ini. Mereka bahkan menganggap berbagai fakta ilmiah yang
diminiaturkan dalam bentuk model misalnya adalah bentuk realitas yang harus
dipercayai. Sedikit yang memiliki perspektif instrumentalis yang menganggap
alam nyata cukup dapat dijelaskan dengan model ilmiah imajiner. Perspektif
realis-kritikal berusaha untuk menjembatani kedua pandangan dimana guru dan
murid bisa mengadopsinya sesuai dengan pokok bahasan sains yang dibahas secara
lebih tepat.
Pandangan
realis-kritikal mengakui bahwa saintis biasanya bertujuan untuk mendapat
penjelasan yang benar tentang dunia nyata dan juga penjelasan yang benar
tentang kejadian yang teramati. Namun, karena mereka tidak dapat mengetahui
secara pasti bahwa penemuan dan penjelasannya memang benar, mereka bisa
menganggapnya sebagai wakil dari realitas yang juga merupakan subjek untuk
penelitian yang kritis dan diuji serta mungkin juga ditolak. Pada kesempatan
lain, penjelasan yang benar tentang alam nyata memang tidak dapat ditemukan,
karenanya kebutuhan suatu instrument untuk memperkirakan dibutuhkan. Sehingga
bagi penganut perspektif realis-kritikal, bisa menjadi realis terhadap berbagai
teori (apa yang dipercaya sebagai benar, atau dianggap benar untuk saat tertentu),
ataupun menjadi instrumentalis pada teori lainnya (teori yang dianggap berguna,
tapi tidak dianggap sebagai hal yang benar).
Secara
praktis, dalam pengajaran sains, bagi perspektif realis-kritikal tidak menjadi
masalah bila seorang guru tetap menggunakan teori yang telah terbukti salah
atau sudah diperbaiki dalam kapasitas instrumentalis dibandingkan bila memakai
penjelasan realis yang berlaku pada saat ini. Contoh mengenai perkembangan
model atom menunjukkan bahwa pandangan instrumentalis masih dianggap relevan
sebagai pengantar bagi siswa tentang kompleksitas atom; ataupun memakai
pandangan instrumentalis saat menjelaskan cahaya dengan menekankan pada salah
satu pendekatan saja baik sebagai gelombang atau sebagai partikel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar