Rabu, 18 Februari 2015

Sains Tentang Ingatan dan Pikiran –Bagian Pertama




Oleh Marylin Ferguson (Penulis buku "The Aquarian Conspiracy", yang menjadi buku klasik dari gerakan New Age)

Jika Anda ingin tahu, di mana revolusi riset otak yang akan datang berlangsung, pelajarilah apa yang pada saat ini diminati oleh Karl Pribram. Sepanjang karirnya, ilmuwan syaraf berusia 58 tahun dari Universitas Stanford ini selalu berada di dekat–kalau bukan penganjur utama—dari hampir semua pergolakan pemikiran tentang bagaimana otak bekerja.

Pada dewasa ini ia mengajukan suatu model yang mencakup segala-galanya dan mengejutkan, yang menimbulkan kegemparan di kalangan mereka yang tertarik dengan misteri kesadaran manusia. “Model Holografis”-nya memadukan riset otak dengan fisika teoretik; model itu menjelaskan persepsi sehari-hari, dan sekaligus membebaskan pengalaman-pengalaman paranormal dan transendental dari sifat supernaturalnya dengan menjelaskannya sebagai bagian dari alam.

Seperti temuan-temuan tertentu dari fisika kuantum, pemikiran-ulang yang radikal dari teori ini tiba-tiba membuat ucapan-ucapan paradoksal dari para ahli mistik sepanjang sejarah dapat dipahami. Ahli bedah otak, peneliti dan profesor yang bertubuh kecil ini mencoba menjelaskan data yang dihasilkan oleh laboratoriumnya di Universitas Stanford, tempat proses-proses otak dari hewan menyusui tingkat tinggi–terutama bangsa Primata [kera tingkat tinggi, termasuk manusia]–diteliti dengan ketat.

Perkembangan terakhir dari pemikiran Karl Pribram membuat lengkap peralihan dirinya dari apa yang disebutnya sendiri “seorang behavioris yang gigih” dalam tahun 1940-an, menjadi perintis psikologi kognitif dalam tahun 1950-an, dan sesekali mendukung para psikolog humanistik dalam tahun 1960-an dan awal 1970-an, sampai menjadi pembela radikal dari pengalaman spiritual pada akhir tahun 1970-an.

Ahli biologi, T.H. Huxley, pernah menulis, “Duduklah di hadapan fakta seperti anak kecil, dan bersiaplah untuk membuang setiap pengertian yang ada sebelumnya, mengikuti dengan rendah hati ke mana pun dan ke jurang apapun Anda di bawa oleh Alam; kalau tidak, Anda tidak akan pernah belajar apa-apa”.

Keterpakuan Pribram yang polos terhadap fakta-fakta yang ditemukannya telah membawanya ke jurang seperti itu.  Ia lahir di Vienna, dan hijrah ke Amerika Serikat sebagai anak berusia delapan tahun. Ia belajar di Universitas Chicago, tempat ia memperoleh gelar BA dan MD dalam waktu lima tahun yang mencengangkan.  Setelah menjalani residence dan internship [masa-masa pendidikan dokter ahli] di Illinois, ia mulai berpraktek sebagai ahli bedah otak di Florida. Di situlah ia mulai meneliti–di Yerkes Laboratories di Orange Park, di bawah bimbingan ilmuwan otak terkemuka, Karl Lashley. Yang juga bekerja di Yerkes adalah D.O. Hebb dan Austin Riesen, yang kelak menjadi terkenal berkat risetnya dalam pematian-indra, dan Roger Sperry, yang kelak menjadi perintis dalam penelitian pembelahan otak.

Selama tiga puluh tahun Lashley telah meneliti “engram”–yakni lokasi dan substansi dari ingatan. Ia melatih binatang-binatang percobaan, lalu secara selektif merusak bagian-bagian dari otak mereka, dengan mengasumsikan bahwa pada suatu titik ia akan menemukan lokasi dari apa yang telah mereka pelajari. Perusakan bagian-bagian otak itu membuat perilaku hewan itu menjadi agak kacau, tetapi tampaknya, selama tidak ada kerusakan otak yang mematikan, tidak mungkin untuk menghapuskan apa yang telah mereka pelajari.

Pada suatu titik, Lashley yang kebingungan mengatakan dengan masam, bahwa penelitiannya membuktikan bahwa hal itu tak mungkin dipelajari. Pribram ikut serta dalam penulisan riset monumental dari Lashley, dan ia juga menekuni misteri engram itu. Bagaimana mungkin ingatan tidak tersimpan di suatu bagian otak melainkan tersebar di seluruh otak?

Pribram lalu pindah ke Yale, tempat ia selama 10 tahun banyak menyumbang kepada sains otak dengan mengembangkan teknik-teknik operasi yang akhirnya memungkinkan orang mencapai daerah otak yang disebut sistem limbic yang primitif dan misterius. Penelitiannya tentang berbagai struktur limbic seperti hippocampus dan amygdala memperlihatkan bahwa teori-teori tradisional tentang bagaimana “pusat-pusat lebih tinggi” dari otak mengendalikan pusat-pusat yang lebih rendah perlu diubah secara radikal. Pusat-pusat otak yang lebih tua [dalam evolusi] itu ternyata mempunyai kerumitan yang lebih kaya dan lebih banyak kendali daripada yang dibayangkan sebelumnya.

Lalu Pribram memperlihatkan proses-proses bagaimana bagian limbic dan bagian frontal dari otak berinteraksi. Dan, pada tahun 1960, ia membantu melancarkan apa yang dinamakannya “jerit kesakitan” dari rekan-rekannya kaum behavioris. Buku “Plans and the Structure of Behavior”, ditulis oleh George A. Miller, Eugene Galanter, dan Pribram, kelak dijuluki oleh kepustakaan di bidang ilmu itu sebagai meluncurkan “revolusi kognitif”–pergeseran minat ilmiah dari perilaku kepada pikiran. Baik Miller maupun Pribram berada dalam kubu kaum behavioris sampai waktu itu. Kaum behavioris bergantung pada model rangsangan-respons sederhana, yang dikembangkan untuk sebagian dari penelitian otak yang lebih dini tentang lengkung refleks–yakni respons seluler sederhana–oleh Charles Sherrington. Pribram berpendapat bahwa Sherrington sendiri tidak bermaksud mendirikan seluruh bangunan psikologi di atas dasar model refleks. Pengalaman subyektif harus dikaji juga apabila riset otak diharapkan maju. Ia dan rekan-rekan penulisnya menamakan pendekatan ini “behaviorisme subyektif”.

Untuk beberapa lama Pribram juga memimpin riset di Institute of Living, bolak-balik dari Yale. Ia juga memimpin Yerkes Laboratories sebentar setelah Lashley pensiun. Ketika ia menerima kedudukan di Pusat Penelitian Lanjut dalam Ilmu-Ilmu Perilaku di Universitas Stanford pada tahun 1958, dibawanya naskah pertama dari bukunya “Languages of the Brain”, yang akan menghabiskan 15 tahun sejak dari awal penulisan hingga penerbitannya pada tahun 1971, dan merupakan buku klasik yang menyajikan penulisan teoretis yang jernih tentang otak.

Yang menarik adalah bahwa ruang kerja Pribram bersebelahan dengan ruang Thomas S. Kuhn, yang pada waktu itu menekuni apa yang kelak menjadi salah satu buku paling berpengaruh pada zaman kita, “The Structure of Scientific Revolutions”, yang di situ ia menguraikan proses bagaimana pandangan dunia ilmiah secara berkala terjungkir-balik dalam apa yang disebutnya “pergeseran paradigma”.

Pribram dan rekan-rekan kerjanya termasuk yang pertama menggunakan modeling komputer untuk memahami aspek-aspek pikiran dan perilaku. Salah satu sumbangannya yang paling dramatis adalah temuan bahwa pusat-pusat motorik otak bukan hanya terlibat dalam gerakan tubuh tetapi juga dalam proses pikiran yang mendahului gerakan–yang disebut “rencana tindakan” [plans of action]. Menjadi jelas bahwa ada hubungan syaraf yang amat penting antara pusat-pusat motorik dari otak dan proses belajar, suatu hubungan yang sudah diduga oleh para terapis pendidikan.

Membaca sekilas judul bab-bab dari buku “Languages of the Brain”, kita memperoleh pencerahan tentang minatnya yang intens dalam mengkaji hubungan antara proses-proses otak dengan pengalaman dan perilaku manusia yang aktual. “Gambar”, “Perasaan”, “Pencapaian”, “Tanda”, “Simbol”, “Bicara dan Pikiran”, “Pengaturan Masalah-masalah Manusia.” Ia berkata, sains otak harus menggarap kesadaran tentang kesadaran. Sains itu tidak dapat lebih lama mengesampingkan bagian alam yang kita namakan subyektif.  Pribram masih merasa sangat terganggu dengan misteri yang menariknya ke dalam riset otak: bagaimana cara orang ingat?

Pada pertengahan tahun 1960-an ia membaca suatu artikel dalam majalah Scientific American yang menguraikan pembuatan pertama dari sebuah hologram, yakni sejenis “foto” tiga-dimensional yang dihasilkan melalui fotografi tanpa lensa. Dennis Gabor telah menemukan prinsip matematis dari holografi dalam tahun 1947, suatu temuan yang kelak membuatnya menerima hadiah Nobel, tetapi suatu demonstrasi dari holografi harus menunggu sampai ditemukannya sinar laser.

Hologram adalah salah satu temuan fisika modern yang betul-betul menakjubkan, dan sungguh menggemparkan batin bagi orang yang pertama kali melihatnya. Gambarnya yang tampak seperti hantu dapat dipandang dari berbagai sudut, dan tampak melayang di dalam ruang.

Prinsipnya diuraikan dengan baik oleh pakar biologi Lyall Watson: “Jika Anda menjatuhkan sebuah kerikil ke dalam sebuah kolam, ia akan menghasilkan serangkaian gelombang yang bergerak keluar sebagai lingkaran-lingkaran yang konsentris. Jatuhkan dua kerikil yang serupa ke dalam kolam pada dua titik yang berbeda, dan Anda akan mendapatkan dua set gelombang yang bergerak saling menghampiri. Ketika gelombang-gelombang itu bertemu, akan terjadi interferensi. Jika puncak satu gelombang bertemu dengan puncak gelombang yang lain, mereka akan bekerja bersama dan menghasilkan gelombang diperkuat yang besarnya dua kali besar semula. Jika puncak satu gelombang bertemu dengan lembah gelombang yang lain, mereka akan saling menghapuskan dan di titik itu airnya akan tenang. Begitulah, terjadi segala macam kombinasi antara kedua gelombang itu, dan hasil akhirnya adalah suatu susunan rumit dari riak-riak yang dikenal sebagai pola interferensi.

“Gelombang cahaya mempunyai perilaku yang sama. Cahaya yang paling murni yang dapat kita peroleh adalah sinar laser, yang mengeluarkan seberkas cahaya yang semua gelombangnya mempunyai frekuensi (warna) sama, seperti yang dihasilkan oleh kerikil ideal di dalam sebuah kolam yang sempurna. Bila dua berkas sinar laser bertemu, mereka menghasilkan pola interferensi berupa riak-riak terang dan gelap, yang dapat dipotret pada sebuah pelat film. Dan bila salah satu berkas sinar laser itu bukan datang langsung dari sumber laser, melainkan dipantulkan dulu oleh sebuah obyek, misalnya wajah manusia, pola yang dihasilkan akan menjadi sangat rumit, namun masih dapat direkam. Rekaman itu disebut hologram dari wajah itu”.

Cahaya yang sampai ke pelat film itu datang dari dua sumber: dari obyek itu sendiri, dan dari berkas acuan, cahaya yang dipantulkan oleh sebuah cermin dari sumber ke pelat. Bercak-bercak hitam putih yang tampak tidak punya arti (informasi) pada pelat itu tidak berbentuk mirip obyek aslinya, tetapi gambar itu dapat disusun kembali dengan menyorotkan seberkas sinar koheren seperti sinar laser. Hasilnya adalah gambar 3-dimensi dari obyek semula diproyeksikan ke dalam ruang, pada suatu jarak tertentu dari pelat. Jika pelat hologram itu digunting, maka masing-masing guntingan akan menghasilkan gambar semula yang utuh. Berita bahwa sebuah hologram dapat dibuat berdasarkan matematika Gabor, menggugah minat banyak ilmuwan. Sejumlah insinyur melihat bahwa ide itu dapat diterapkan pada biologi, dan Bela Ulas dari Laboratorium Bell mengemukakan spekulasi tentang kemungkinan itu. Ini dulu juga telah terlintas dalam pikiran Gabor.

Pribram melihat hologram itu sebagai model yang menggairahkan tentang bagaimana otak mungkin menyimpan ingatan. Mungkin otak menggarap interaksi-interaksi, menafsirkan frekuensi dan menyimpan gambar, seperti hologram, tidak terlokalisasi melainkan tersebar di seluruh otak. Pada tahun 1966, ia menerbitkan makalah pertama yang mengemukakan hubungan itu. Selama beberapa tahun kemudian, Pribram dan sejumlah peneliti lain menemukan apa yang tampaknya merupakan strategi syaraf untuk mengetahui, untuk mengindra, dengan menggunakan komputasi matematis. Tampaknya untuk dapat melihat, mendengar, membau, mengecap, otak melakukan penghitungan rumit terhadap frekuensi-frekuensi data yang diterimanya. Proses matematis ini tidak mempunyai hubungan yang masuk-akal dengan dunia nyata sebagaimana kita serap.

Pribram percaya bahwa matematika rumit itu mungkin berlangsung sementara impuls-impuls syaraf menjalar sepanjang, dan melompat di antara, sel-sel syaraf melalui suatu jaringan serat-serat halus pada sel-sel itu. Serat-serat itu bergerak sebagai gelombang-gelombang lambat sementara impuls itu menyeberangi sel, dan gelombang-gelombang itu mungkin melakukan fungsi kalkulasi. Dalam membuat suatu hologram, gelombang cahaya direkam sebagai kode, dan hologram yang diproyeksikan menguraikan kode, atau menguraikan kekaburan, dari gambar itu. Demikian pula otak mungkin menguraikan kode dari jejak ingatan yang disimpannya. Milyaran bit informasi dapat disimpan dalam suatu ruang yang sangat kecil. Pola pada pelat holografis tidak mempunyai dimensi ruang-waktu. Gambar tersimpan di mana-mana pada pelat itu.

Adalah khas sifat Pribram bahwa ia akan mengambil temuan baru di luar bidang disiplinnya dalam upaya untuk memahami ingatan. Kadang-kadang ia dikritik oleh sejawatnya sesama neurosaintis–yang khas merupakan sekelompok kecil orang yang sangat terspesialisasikan—karena spekulasi-spekulasinya yang berani.

Pribram teringat akan ucapan seorang pionir penelitian ingatan, Ewald Hering, bahwa pada suatu titik dalam hidupnya, setiap saintis harus membuat keputusan. “Ia mulai tertarik pada makna dari pekerjaannya dan temuannya,” kata Pribram. “Lalu ia harus memilih. Jika ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencoba menemukan jawaban, memahami apa arti semua itu, ia akan tampak bodoh bagi teman-teman sekerjanya. Sebaliknya, ia dapat menyerah dan melepaskan upaya untuk memahami arti dari semuanya; ia tidak tampak bodoh, dan semakin banyak ia tahu, semakin sempit bidang yang diketahuinya”. “Anda harus memutuskan untuk berani tampak bodoh”. (Bersambung ke Bagian Kedua)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar