Ketika kita melihat atau
menjumpai Kunang-Kunang, jika kebetulan kita memiliki rasa ingin tahu atau rasa
heran di dalam hati kita, biasanya kita akan bertanya (meski kadang hanya di dalam hati) kenapa Kunang-Kunang bisa menyala
atau memiliki cahaya?
Cahaya yang dihasilkan
oleh kunang-kunang (Photinus pyralis) adalah sejenis cahaya tak panas yang
disebut bio-luminescence. Hal ini disebabkan oleh reaksi kimia di mana
substansi luciferin mengalami oksidasi ketika ada enzim luciferase. Cahaya
tersebut merupakan foton yang terpancar saat bahan kimia beroksidasi
menghasilkan keadaan berenergi tinggi, yang kemudian beralih kembali ke keadaan
normal.
Cahaya tersebut
dikendalikan oleh sistem saraf dan berlangsung dalam sel khusus yang disebut photocytes.
Sistem saraf, photocytes, dan organ-organ akhir trakea mengontrol tingkat
berkedip dari cahaya tersebut. Suhu udara juga memiliki hubungan dengan tingkat
berkedip. Semakin tinggi suhu, semakin pendek interval berkedipnya, delapan
detik pada 18,3°C dan empat detik pada 27,7°C.
Para ilmuwan belum meyakini
mengapa cahaya kedap-kedip ini terjadi. Kedipan berirama ini bisa menjadi
sarana untuk menarik mangsa atau memungkinkan kunang-kunang mencari pasangan
dengan sinyal dalam kode heliographic (yang berbeda dari satu spesies yang
lain), atau bisa juga berfungsi sebagai sinyal peringatan.
Langkah Pertama: Sel-sel
di bagian ekor Kunang-Kunang menghasilkan enzim luciferase
Pada setiap nukleus dari
setiap sel, sebuah enzim yang disebut DNA Polymerase mengkode gen Luc dengan
sel-sel genom. Gen Luc merupakan sekuen dari asam amino yang menghasilkan
enzim luciferase. Kemudian, RNA Polymerase mengkopi gen luc dalam bentuk mRNA
yang sangat mirip dengan DNA. Proses ini disebut transkripsi.
Setelah proses transkripsi
selesai, mRNA menuju sitoplasma. Di dalam sitoplasma, mRNA luc diatur oleh sel
penghasil protein yang disebut ribosom. Ribosom menterjemahkan informasi dalam
mRNA luc untuk memproduksi sebuah rantai asam-asam amino yang membangun enzim
luciferase. Proses ini disebut translasi. Agar enzim luciferase dapat
berfungsi, rantai asam-asam amino tersebut harus menekuk dan terlipat dalam
tiga bentuk dimensional yang spesifik.
Langkah Kedua: Enzim
Luciferase mengatur reaksi-reaksi kimia untuk menghasilkan sinar
Untuk menghasilkan sebuah
sinar tampak, sel-sel di dalam ekor kunang-kunang harus memproduksi ribuan
enzim luciferase. Di dalam setiap sel, enzim-enzime tersebut mencari
pasangannya dan berikatan membentuk senyawa kimia yang disebut luciferin. Enzim
luciferase mempercepat reaksi kimia dengan menggabungkan molekul oksigen dengan
luciferin sehingga membentuk oxyluciferin.
Di dalam reaksi, luceferin
teroksidasi, yaitu ia kehilangan sebuah elektron dan molekul-molekulnya
berpindah ke tempat energi yang lebih tinggi. Ketika molekul-molekul yang penuh
energi ini kembali ketingkat energi yang lebih rendah, yaitu dalam keadaan yang
lebih stabil molekul-molekul melepas energi dan menghasilkan sinar yang
kemudian digunakan bagi Kunang-Kunang untuk memberikan signal kepada
pasangannya dan merupakan peringatan bagi predator.
Untuk Apa Sinar (Cahaya) Itu?
Satu diantara sekian
alasannya adalah untuk menarik pasangan, di mana yang jantan dan yang
betina dari jenis yang sama akan memancarkan signal kelap-kelip sebagai cara
berkomunikasi. Masing-Masing jenis kunang-kunang mempunyai pola khusus dalam
bersinar. Sebagai contoh, Kunang-Kunang jantan dari satu jenis akan terbang
bebas di langit malam dan dengan tiba-tiba mulai berkerlip serta memutar ke atas untuk
membuat pola sinar (J-shapped) yang berbeda.
Kunang-Kunang betina
menggantung pada suatu cabang pohon atau di rumput ketika si jantan sedang
beraksi menunjukkan sinar terbaik mereka. Ketika si betina mengenali dan
menyukai sinar dari si jantan maka si betina akan menjawab dengan sinar terbaik
pula.
Alasan lainnya adalah
untuk menghindar dari predator. Seperti telah dikatakan sebelumnya, tubuh Kunang-Kunang
dipenuhi dengan bahan kimia yang terasa tidak enak bila dicicipi, yang disebut
lucibufagens, dan setelah predator mencicipinya, dengan cepat mereka belajar
untuk mengasosiasikan bahwa Kunang-Kunang adalah mangsa dengan cita rasa yang
buruk.
Jadi, sinar Kunang-Kunang
tidak hanya membantu menarik pasangan, tetapi juga memperingatkan predator
untuk menjauh. Memiliki lucibufagens juga sangat penting untuk kelangsungan
hidup suatu spesies Kunang-Kunang yang tidak dapat membuat senyawa kimia ini dan
memperolehnya melalui memakan spesies lain yang dapat membuatnya.
Mereka melakukan ini
dengan meniru pola kilatan spesies lain dan memikat mereka. Kunang-Kunang jantan
yang tidak curiga berpikir bahwa ia akan menemukan pasangan, tetapi yang
terjadi adalah menjadi makanan lezat bagi kunang-kunang licik.
Cahaya Jenis Apa yang Mereka Miliki, Apa Fungsi
Lainnya, dan Bagaimana Mereka Hidup?
Cahaya yang mereka
hasilkan adalah cahaya tanpa panas yang dinamakan Luminescence. Luminescence
pada tubuh Kunang-Kunang dihasilkan oleh suatu zat bernama Luciferin. Nah, zat
Luciferin ini bergabung dengan oksigen untuk mengeluarkan cahaya. Dan sekedar
informasi tambahan, walaupun para ilmuwan sudah dapat membuat jenis cahaya yang
sama dengan yang dihasilkan Kunang-Kunang, para ilmuwan tetap harus mengambil
beberapa unsur dari tubuh Kunang-Kunang, karena para ahli kimia belum dapat
membuat zat seperti itu. Hal tersebut masih menjadi misteri alam hingga kini.
Pada Kunang-Kunang dewasa,
selain untuk memberi peringatan tanda bahaya, cahaya pada tubuhnya berfungsi
untuk menarik perhatian pasangannya. Tidak hanya kunang-kunang dewasa, bayi Kunang-Kunang
yang masih berupa larva juga mengeluarkan cahaya. Cahaya pada larva berguna
untuk memperingatkan hewan lain yang akan memangsa mereka agar tidak mendekat.
Setelah terjadi
perkawinan, Kunang-Kunang betina akan meletakkan telur-telurnya dibawah
permukaan tanah. Telur-telur tersebut akan menetas menjadi larva setelah 3-4
minggu dan akan terus diberi makan hingga musim panas berakhir. Setelah
kira-kira 1-2 minggu dari berakhirnya musim panas, larva tersebut akan berubah
menjadi pupa, kemudian berubah menjadi Kunang-Kunang dewasa.
Nah, jika kita melihat Kunang-Kunang
yang sedang terbang, Kunang-Kunang tersebut pastilah berjenis kelamin jantan.
Mengapa begitu? Ya, karena hanya Kunang-Kunang jantan yang memiliki sayap,
sementara para betina melekat di dedaunan dan tanah.
Kunang-Kunang memang
memiliki sistem yang menakjubkan. Serangga ini memiliki organ dalam tubuhnya
yang memancarkan cahaya berpendar. Apa fungsi cahaya itu? Cahaya ini sangat
penting bagi kelestarian jenisnya, sebab Kunang-Kunang betina dan jantan
mengenali jenis kelamin masing-masing berdasarkan cahaya mereka.
Organ berpendar pada Kunang-Kunang
terdiri atas tiga lapisan, persis seperti lampu depan mobil. Sel-sel yang
menghasilkan cahaya berada pada lapisan paling bawah. Sel-sel ini bertugas
menghasilkan zat yang mudah terbakar. Zat ini bereaksi dengan oksigen dibawah
kendali sebuah enzim. Akibat reaksi kimia ini, pertama-tama cahaya berpendar
yang proses pembuatannya mirip seperti pada pabrik ini, diteruskan kelapisan
cekung terdekat, dan kemudian ke lapisan transparan bagiana tas, dimana cahaya
ini dipantulkan.
Kualitas sempurna dan tingkat poduktivitas 98% dari cahaya berpendar ini mengejutkan para ilmuwan yang meneliti Kunang-Kunang. Bola lampu yang digunakan manusia untuk penerangan hanya mampu mengubah 5% dari energi yang diterimanya menjadi cahaya, sedangkan 95% sisanya terbuang dalam bentuk panas. Karena 95% panas yang dihasilkan inilah, kita tidak tahan menyentuh bola lampu yang sedang menyala. Akan tetapi, meskipun Kunang-Kunang menghasilkan cahaya hampir 20 kali lebih besar dari bola lampu, suhu Kunang-Kunang tidak naik karena cahaya mereka bersifat dingin –dan inilah yang menambah kekaguman para ilmuwan.
Kualitas sempurna dan tingkat poduktivitas 98% dari cahaya berpendar ini mengejutkan para ilmuwan yang meneliti Kunang-Kunang. Bola lampu yang digunakan manusia untuk penerangan hanya mampu mengubah 5% dari energi yang diterimanya menjadi cahaya, sedangkan 95% sisanya terbuang dalam bentuk panas. Karena 95% panas yang dihasilkan inilah, kita tidak tahan menyentuh bola lampu yang sedang menyala. Akan tetapi, meskipun Kunang-Kunang menghasilkan cahaya hampir 20 kali lebih besar dari bola lampu, suhu Kunang-Kunang tidak naik karena cahaya mereka bersifat dingin –dan inilah yang menambah kekaguman para ilmuwan.
Di Mana Mereka Hidup?
Kunang-Kunang termasuk
dalam keluarga kumbang dari ordo Coleoptera. Terdapat lebih dari 2000 spesies Kunang-Kunang
yang tersebar di daerah tropis di seluruh dunia. Mereka dapat ditemukan di
tempat-tempat lembab, seperti rawa-rawa dan daerah yang dipenuhi pepohonan. Di
daerah lembab itulah Kunang-Kunang menemukan banyak sumber makanan untuk para
larva.
Kita mengetahui bahwa Kunang-Kunang
keluar pada malam hari, namun ada juga Kunang-Kunang yang beraktivitas di siang
hari. Mereka yang keluar siang hari ini umumnya tidak mengeluarkan cahaya.
Hanya beberapa Kunang-Kunang yang mampu mengeluarkan cahaya bila berada di
tempat gelap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar