Minggu, 17 Mei 2015

Siswi Karina di Negeri Para Peri (Bagian Kesembilan)




Hak cipta ©Sulaiman Djaya

Saat para prajurit Amarik menyerang negerinya itu, Zipora tengah berada sendirian di rumahnya dan sedang berusaha menemukan jalan keluar untuk menyelamatkan diri, meski tampak bingung dan kehilangan akal sehatnya.

Ketika sejumlah pasukan Amarik mendekati rumahnya, tiba-tiba sepasukan burung-burung besar yang masing-masing ditunggangi para prajurit dari Negeri Farsa di punggung mereka menjatuhkan bola-bola api dari kaki-kaki mereka ke arah para prajurit Amarik, hingga membuat para prajurit Amarik itu terbakar dan sebagian dari mereka menceburkan diri ke telaga.

Rupa-rupanya dua burung dari sepasukan burung tersebut penunggangnya tak lain adalah Misyaila dan Siswi Karina.

Berita diserangnya Negeri Telaga Kahana oleh para prajurit dan tentara Amarik sampai ke Negeri Farsa tak lain berkat jasa seekor burung Hudan yang dapat terbang sangat cepat dan menempuh jarak yang sangat jauh dengan waktu singkat dan mengabarkan keadaan genting Negeri Telaga Kahana dengan menggunakan gerakan-gerakan isyarat yang hanya dapat dipahami Misyaila.

Misyaila sendiri tentu tak memberitahukan kabar tersebut kepada Ilias, Hagar, dan Sophia dengan alasan yang dibenarkan oleh Raja Nazad kala itu, yang mana Raja Nazad segera menyetujui pengiriman pasukan khusus Negeri Farsa di bawah komando dan pimpinan Misyaila sendiri demi membantu perjuangan para prajurit dan penduduk Negeri Telaga Kahana dalam mempertahankan dan menyelamatkan diri mereka dari serangan dan agressi ribuan prajurit Amarik.

Pasukan burung-burung ajaib yang berjumlah 313 tersebut berhasil memporak-porandakan ribuan prajurit Amarik yang dikomandoi puluhan jenderal perang mereka.

Sesekali pasukan burung-burung Labiba tersebut menamparkan sayap-sayap mereka dengan keras dan kuat serta dengan gerakan yang cepat dan tangkas ke arah pasukan Amarik, hingga membuat sejumlah pasukan Amarik itu terpelanting, terpental alias terlempar membentur pohon-pohon, sementara sebagian dari mereka terlempar ke telaga.

Tak ragu lagi, para prajurit Negeri Telaga Kahana dan para penduduknya merasa sangat gembira dengan kehadiran pasukan burung-burung Labiba yang tak mereka duga itu kedatangannya di waktu-waktu dan saat-saat yang genting ketika para prajurit Negeri Telaga Kahana mulai kerepotan menghadapi serangan pasukan Amarik yang memiliki senjata-senjata yang lebih canggih daripada senjata-senjata yang mereka miliki, yang penunggangnya tak lain adalah Misyaila sebagai komandan perang dan Siswi Karina, serta para prajurit khusus dari Negeri Farsa.

Kegembiraan mereka itu memang bukan tanpa alasan, dan mereka sendiri mengakui bahwa kecerdikan mereka serta sejumlah jebakan dan perangkap yang telah mereka buat jauh-jauh hari sebelumnya masih tak seimbang dengan jumlah pasukan dan para prajurit dari Negeri Amarik yang menyerang mereka dengan senjata-senjata yang lebih canggih tersebut, di saat para prajurit mereka jauh lebih banyak dan lebih besar.

Tentu juga mereka sangat berterimakasih kepada si burung Hudan yang senantiasa setia kepada Zipora setelah kematian suami Zipora dalam pertempuran antara para prajurit dan rakyat Negeri Telaga Kahana dan para prajurit dan pasukan dari Amarik bertahun-tahun sebelumnya.

Sementara di sisi para prajurit dan para jenderal Amarik sendiri yang masih tersisa, ketika mereka menyadari bahwa mereka tak mungkin mengalahkan pasukan burung-burung Labiba tersebut, mereka pun memutuskan mundur dan kembali ke negeri mereka. Saat sejumlah prajurit Negeri Telaga Kahana hendak mengejar pasukan Amarik yang melarikan diri itu, Misyaila mencegahnya.

“Biarkan mereka yang masih tersisa itu pulang dan biarkan Jarjus Bushan sendiri merasakan bahwa mereka tak akan memperoleh kemenangan, sehebat dan sekuat apa pun ambisi mereka! Dan kita tidak boleh memerangi mereka yang tidak memerangi kita!” Demikian Misyaila memberi perintah yang segera dipatuhi para prajurit Negeri Telaga Kahana.

Kala itu, semua penduduk Negeri Telaga Kahana mengangkat dan membawa jenazah-jenazah mereka yang gugur untuk dimakamkan di sebuah padang dekat Bukit Kaf, sebuah bukit yang selama ini masih diincar oleh para petinggi Negeri Amarik dan para petinggi ordo rahasia pimpinan Mayar Rother, Ordo Nomas yang terkenal kaya dan menguasai pabrik-pabrik senjata canggih. (Bersambung



Tidak ada komentar:

Posting Komentar