Hak cipta ©Sulaiman Djaya
Saat para prajurit Amarik
menyerang negerinya itu, Zipora tengah berada sendirian di rumahnya dan sedang
berusaha menemukan jalan keluar untuk menyelamatkan diri, meski tampak bingung
dan kehilangan akal sehatnya.
Ketika sejumlah pasukan
Amarik mendekati rumahnya, tiba-tiba sepasukan burung-burung besar yang
masing-masing ditunggangi para prajurit dari Negeri Farsa di punggung mereka
menjatuhkan bola-bola api dari kaki-kaki mereka ke arah para prajurit Amarik,
hingga membuat para prajurit Amarik itu terbakar dan sebagian dari mereka
menceburkan diri ke telaga.
Rupa-rupanya dua burung
dari sepasukan burung tersebut penunggangnya tak lain adalah Misyaila dan Siswi
Karina.
Berita diserangnya Negeri
Telaga Kahana oleh para prajurit dan tentara Amarik sampai ke Negeri Farsa tak
lain berkat jasa seekor burung Hudan yang dapat terbang sangat cepat dan
menempuh jarak yang sangat jauh dengan waktu singkat dan mengabarkan keadaan genting
Negeri Telaga Kahana dengan menggunakan gerakan-gerakan isyarat yang hanya
dapat dipahami Misyaila.
Misyaila sendiri tentu tak
memberitahukan kabar tersebut kepada Ilias, Hagar, dan Sophia dengan alasan yang
dibenarkan oleh Raja Nazad kala itu, yang mana Raja Nazad segera menyetujui
pengiriman pasukan khusus Negeri Farsa di bawah komando dan pimpinan Misyaila sendiri
demi membantu perjuangan para prajurit dan penduduk Negeri Telaga Kahana dalam mempertahankan
dan menyelamatkan diri mereka dari serangan dan agressi ribuan prajurit Amarik.
Pasukan burung-burung
ajaib yang berjumlah 313 tersebut berhasil memporak-porandakan ribuan prajurit
Amarik yang dikomandoi puluhan jenderal perang mereka.
Sesekali pasukan
burung-burung Labiba tersebut menamparkan sayap-sayap mereka dengan keras dan
kuat serta dengan gerakan yang cepat dan tangkas ke arah pasukan Amarik, hingga
membuat sejumlah pasukan Amarik itu terpelanting, terpental alias terlempar
membentur pohon-pohon, sementara sebagian dari mereka terlempar ke telaga.
Tak ragu lagi, para
prajurit Negeri Telaga Kahana dan para penduduknya merasa sangat gembira dengan
kehadiran pasukan burung-burung Labiba yang tak mereka duga itu kedatangannya
di waktu-waktu dan saat-saat yang genting ketika para prajurit Negeri Telaga
Kahana mulai kerepotan menghadapi serangan pasukan Amarik yang memiliki
senjata-senjata yang lebih canggih daripada senjata-senjata yang mereka miliki,
yang penunggangnya tak lain adalah Misyaila sebagai komandan perang dan Siswi
Karina, serta para prajurit khusus dari Negeri Farsa.
Kegembiraan mereka itu
memang bukan tanpa alasan, dan mereka sendiri mengakui bahwa kecerdikan mereka
serta sejumlah jebakan dan perangkap yang telah mereka buat jauh-jauh hari sebelumnya
masih tak seimbang dengan jumlah pasukan dan para prajurit dari Negeri Amarik
yang menyerang mereka dengan senjata-senjata yang lebih canggih tersebut, di
saat para prajurit mereka jauh lebih banyak dan lebih besar.
Tentu juga mereka sangat
berterimakasih kepada si burung Hudan yang senantiasa setia kepada Zipora
setelah kematian suami Zipora dalam pertempuran antara para prajurit dan rakyat
Negeri Telaga Kahana dan para prajurit dan pasukan dari Amarik bertahun-tahun
sebelumnya.
Sementara di sisi para
prajurit dan para jenderal Amarik sendiri yang masih tersisa, ketika mereka
menyadari bahwa mereka tak mungkin mengalahkan pasukan burung-burung Labiba
tersebut, mereka pun memutuskan mundur dan kembali ke negeri mereka. Saat sejumlah
prajurit Negeri Telaga Kahana hendak mengejar pasukan Amarik yang melarikan
diri itu, Misyaila mencegahnya.
“Biarkan mereka yang masih
tersisa itu pulang dan biarkan Jarjus Bushan sendiri merasakan bahwa mereka tak
akan memperoleh kemenangan, sehebat dan sekuat apa pun ambisi mereka! Dan kita
tidak boleh memerangi mereka yang tidak memerangi kita!” Demikian Misyaila memberi
perintah yang segera dipatuhi para prajurit Negeri Telaga Kahana.
Kala itu, semua penduduk
Negeri Telaga Kahana mengangkat dan membawa jenazah-jenazah mereka yang gugur
untuk dimakamkan di sebuah padang dekat Bukit Kaf, sebuah bukit yang selama ini
masih diincar oleh para petinggi Negeri Amarik dan para petinggi ordo rahasia
pimpinan Mayar Rother, Ordo Nomas yang terkenal kaya dan menguasai
pabrik-pabrik senjata canggih. (Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar