Sabtu, 23 Mei 2015

Siswi Karina di Negeri Para Peri (Bagian Ketigabelas)




Hak cipta ©Sulaiman Djaya

Meski berbeda jenis dan ras, setelah merasa akrab satu sama lain, sosok Zipora bagi Siswi Karina mengingatkan Siswi Karina pada almarhumah ibunya yang meninggal dalam peristiwa kebakaran ketika Siswi Karina masih kanak-kanak. Sejak saat itulah Siswi Karina dirawat dan dibesarkan oleh seorang perempuan yang bekerja sebagai perempuan mucikari yang menyediakan perempuan hiburan bagi mereka yang memiliki dompet tebal.

Kala itu, di saat peristiwa kebakaran yang telah menelan sejumlah korban orang-orang miskin tersebut, tangisan Siswi Karina terdengar oleh salah seorang petugas pemadam kebakaran yang berhasil menyelamatkannya, yang secara kebetulan keberadaan Siswi Karina saat itu masih dapat dijangkau oleh seorang petugas pemadam kebakaran yang terbilang berani itu.

Bersama Zipora yang penyabar itu, Siswi Karina mulai belajar menanam dan merawat pohon-pohon alias tanaman-tanaman ajaib yang merupakan sumber makanan pokok para penduduk negeri Telaga Kahana. Sementara, di waktu-waktu setelah menanam, ia pun tanpa sungkan-sungkan menggembalakan binatang-binatang ternak mirip domba yang ketika besar hanya seukuran kelinci, yang sebelumnya diurus Ilias itu, sembari sesekali bercanda dengan binatang-binatang ajaib tersebut.

Sementara itu, Zipora sendiri mengerjakan apa-apa yang sebelumnya telah biasa ia kerjakan, seperti mengumpulkan ranting-ranting dan dahan-dahan pohon yang patah dan jatuh bila salju telah luruh dan menjelma udara ketika cahaya di negeri tempat ia hidup itu datang menggantikan musim sebelumnya yang saling bergantian dalam waktu seminggu tersebut. Atau menyiapkan makanan sehari-hari bila waktu makan telah tiba bagi mereka berdua.

Di waktu-waktu senggang mereka dari kesibukan dan kegiatan kehidupan keseharian mereka, sesekali Zipora mengajarkan ilmu-ilmu yang tak diketahui Siswi Karina kepada Siswi Karina, seperti bagaimana berkomunikasi dengan Burung Hudan dan merapalkan doa-doa magis agar mereka senantiasa dalam perlindungan dan pertolongan yang Maha Kuasa, Sang Hyang Agung yang dipercayai oleh para penduduk negeri Telaga Kahana.

Tentu saja Siswi Karina sebelumnya tak menyangka bahwa Zipora memiliki ilmu-ilmu magis yang sakti, semisal melontarkan dan melemparkan objek sasaran atau benda dengan cara mengarahkan jari telunjuk sembari merapal mantra ajaib.

Salah-satu contohnya adalah ketika Zipora memperlihatkan kepada Siswi Karina bagaimana ia mengarahkan jari telunjuknya ke sebuah batu cukup besar dan merapalkan mantra yang berbunyi ‘Kun dhalik harakatan’, yang seketika itu batu yang cukup besar tersebut terlempar tak ubahnya sebuah bola yang melambung karena ditendang seorang pemain sepak bola, dan Siswi Karina tampak terkagum-kagum melihat hal itu.

Saat itulah, setelah diceritakan sendiri oleh Zipora, Putri Artamis yang adalah ibunya Zipora, adalah seorang perempuan sakti yang memiliki sejumlah ilmu ajaib, yang beberapa ilmunya tersebut diwariskan kepada Zipora. Putri Artamis bukan sembarang perempuan dari jenis setengah manusia setengah peri, tapi adalah juga seorang guru magis yang kemampuan magisnya telah dikenal luas oleh para penduduk negeri Telaga Kahana.

Bertahun-tahun sebelum Zipora lahir, demikian sebagaimana yang diceritakan Zipora kepada Siswi Karina, Putri Artamis pergi ke hutan untuk mencari sepohon Kirkas yang akan dijadikan sebagian ramuan untuk menyembuhkan salah satu penyakit aneh akibat pengaruh magis yang menimpa sejumlah penduduk negeri Telaga Kahana. Tanpa sengaja, ketika ia sampai di sebuah tepi ujung telaga negeri itu, ia melihat sesosok tubuh lelaki tampan yang tegeletak bagai lelap tertidur.

Itulah hari ketika Putri Artamis pertama-kali bertemu Pangeran Ramada, yang rupa-rupanya tertidur karena kelelahan setelah melakukan pelarian dan menyeberangi telaga di negeri Telaga Kahana. Kala itu, Pangeran Ramada tidak punya pilihan lain selain menyelamatkan diri ketika semua pasukannya telah musnah dan kalah akibat serangan bangsa Damargh yang terkenal buas dan tak kenal belas kasihan yang menyerang negerinya.

Ketika tersadar dan terbangun saat disentuh tangan lembut Putri Artamis, Pangeran Ramada merasa berterimakasih sembari menitikkan airmata karena telah ditemukan Putri Artamis yang menolongnya, meski mulanya ia terkejut saat tiba-tiba Putri Artamis berada di dekatnya kala terbangun dan tersadar.

Tentu saja mulanya sejumlah penduduk negeri Telaga Kahana merasa heran dan terkejut ketika mereka melihat Putri Artamis yang mereka sayangi itu pulang bersama seorang lelaki yang dipapahnya. Dan persis, kala itulah, selain berhasil mengobati sejumlah penduduk negeri Telaga Kahana yang terjangkit pengaruh magis yang aneh, Putri Artamis juga berhasil mengobati beberapa luka Pangeran Ramada, dan kemudian keduanya saling jatuh cinta. (Bersambung


Tidak ada komentar:

Posting Komentar