Hak cipta ©Sulaiman Djaya
Malam itu Siswi Karina dan
Misyaila kembali menginap di tempat tinggalnya Zipora untuk yang kesekian
kalinya, sejak Siswi Karina pertama kali datang ke negeri Telaga Kahana. Namun kali
ini Siswi Karina telah diijinkan tinggal di kediaman itu selama yang
dikehendaki Siswi Karina.
Sementara itu sejumlah
penduduk negeri Telaga Kahana tengah berduka karena kematian anggota keluarga
mereka dan saudara-saudari mereka akibat perang dengan bangsa Amarik berjam-jam
sebelumnya, Siswi Karina dan Zipora diam-diam telah saling akrab satu sama lain
malam itu.
Keakraban mereka tersebut
tentulah sejalan dengan keinginan Misyaila yang memang menghendaki Siswi Karina
menjadi teman dan sahabat bagi Zipora selama ketakhadiran anak-anak Zipora yang
kini tinggal di negeri Farsa nun jauh dari negeri Telaga Kahana. Selain itu,
Misyaila juga memutuskan untuk kembali ke negerinya sendiri selama beberapa
waktu yang dibutuhkan.
Maka, keesokan harinya
dengan mengendarai kereta ajaibnya itu, Misyaila melesat cepat tanpa ditemani
Siswi Karina, untuk kembali ke negerinya
yang telah ia tinggalkan selama beberapa hari demi penjelajahan dan petualangan
yang disukainya.
Tak berapa lama, Misyaila
dan kereta ajaibnya itu pun segera menjadi gaib di hadapan Siswi Karina dan
Zipora yang pagi itu sejenak memperhatikannya dalam kemesraan cuaca dan udara
pagi yang sesekaki mengirim aroma semerbak wewangian dari pohon-pohon bunga
yang tumbuh di negeri tersebut.
Sedangkan jauh di negeri
lain, yaitu di negeri Farsa, tampak Ilias sedang berlatih ketangkasan perang
dan keterampilan militer bersama Jenderal Roshtam. Berulangkali Ilias terjatuh
karena pukulan dan ketangkasan Jenderal Roshtam yang melatihnya itu, namun
bangkit kembali sebelum akhirnya terjatuh lagi karena belum berhasil
mengalahkan Jenderal Roshtam yang melatihnya dengan cepat, gesit, dan tangkas
itu.
Hari itu, Jenderal Roshtam
memang bermaksud melatih daya tahan dan ketangkasan tubuh Ilias sendiri serta
kematangan bathinnya sebagai prajurit dan calon pemimpin sebelum melatihnya
dengan kecakapan menggunakan aneka ragam senjata. Sebab, bagi Jenderal Roshtam,
kemahiran menggunakan senjata adalah urusan nomor dua, dan yang terpenting bagi
seorang prajurit dan calon pemimpin adalah kekuatan dan kematangan tubuh dan
jiwanya sendiri.
Tak jauh dari lapangan di
mana Ilias dan Jenderal Roshtam sedang mempraktekkan latihan kedirgantaraan dan
keprajuritan itu, Hagar dan Sophia tengah belajar tentang ilmu mistis dan aneka
ragam mantra.
Pertama-tama mereka
diajarkan tentang mantra dan kekuatan dengan menggunakan tongkat kecil yang ada
di tangan mereka. Saat itu, guru mereka, yaitu Ratu Washti, mempraktekkan
sendiri bagaimana menggerakan tongkat kecil di tangannya sembari merapalkan dan
melafalkan mantra dengan lidah dan mulutnya, dan seketika itu sebuah cahaya
keluar dari tongkat kecil yang dipegangnya, dan cahaya itu meluncur cepat ke
sebuah kayu di atas meja yang seketika itu hancur menjadi debu karena hantaman
cahaya mirip sinar laser yang meluncur begitu cepat dari ujung tongkat yang
dipegang tangan Ratu Washti tersebut.
Melihat hal itu, Hagar dan
Sophia tampak terkagum-kagum dan mereka mencoba trik mereka sendiri, namun
gagal dan malah tongkat kecil mereka yang terbakar hingga telapak tangan mereka
merasakan panas karena aliran panas yang merambat dengan cepat ke tangan mereka
saat tongkat kecil mereka terbakar tersebut.
Kejadian itu membuat Ratu
Washti tersenyum sembari menahan tawa, dan ia pun segera memberi dua tongkat
kecil baru kepada Hagar dan Sophia, dan segera ia memerintahkan mereka untuk
mengulangi ilmu menggunakan kekuatan dengan senjata tongkat dan daya magis
mantra yang telah diajarkan Ratu Washti tersebut, dan kali ini mereka berhasil,
sebuah keberhasilan yang langsung disambut dengan tepukan tangan Ratu Washti.
Hari itu, cuaca di negeri
Farsa sedikit dirundung bintik-bintik salju, di saat di negeri Telaga Kahana
tengah mekar dan merebaknya bunga-bunga ajaib yang mengirimkan aroma wewangian
melalui hembusan angin itu, hingga keadaan cuaca di negeri Farsa tersebut
terasa cukup membuat gigil para penduduknya kala itu. (Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar