Hak cipta ©Sulaiman Djaya
Dengan menunggang dan
mengendarai sebuah burung besar yang sanggup terbang dengan sangat cepat, Ziva
Kamarin akhirnya melesat berangkat menuju negeri Amarik. Perjalanannya itu tak
membutuhkan waktu lama, dan ia sampai ke tujuannya sesuai dengan jadwal pertemuan
yang telah dirancang dengan sangat rahasia oleh Mayar Rother sang pemimpin Ordo
Nomas.
Kedatangannya ke negeri
Amarik itu segera disambut hangat dan gembira oleh Mayar Rother dan Jarjus
Bushan yang langsung mempersilahkannya untuk menempati sebuah kursi yang telah
disiapkan untuknya, sebuah kursi yang terletak di tengah sebelah utara di
antara kursi-kursi yang mengelilingi meja bundar. Dialah satu-satunya perempuan
yang hadir dalam pertemuan tersebut.
Selain Ziva Kamarin dari
negeri Asrail yang berwibawa dan kharismatik itu, tampak peserta lain yang
hadir dalam pertemuan super rahasia itu adalah Pangeran Liwad Nibtalal dari
negeri Najdan yang merupakan sekutu setia negeri Asrail dan mitra politik Ziva
Kamarin dan Perdana Menteri Vidad Kamarun dari negeri Angland yang berdandan
sangat necis hingga dapat merebut simpati dan rasa nyaman hati Ziva Kamarin
yang kagum melihatnya dan sesekali mencuri pandang ke arahnya.
Tak diragukan lagi atawa
tak disangsikan lagi, pertemuan yang telah dirancang Mayar Rother dari ordo
rahasia Nomas itu, merupakan rapat super elit dan teramat rahasia, di mana
masing-masing yang hadir tersebut diharuskan membangun dan memperkuat aliansi
dengan sekutu mereka masing-masing demi memuluskan rencana penaklukkan skala
besar mereka atas sejumlah negeri yang berusaha melawan untuk tidak takluk
dalam kendali kekuasaan mereka.
Dalam pertemuan super elit
dan rahasia tersebut, disepakati sejumlah poin dan agenda utama. Di antara
agenda dan poin atawa rencana yang mereka tetapkan adalah pertama, penyerangan
dan penaklukkan atas negeri Yumnan yang merupakan sekutu negeri Farsa yang diserahkan
kepada Pangeran Liwad Nibtalal dan para sekutu negeri Najdan. Kedua, upaya
untuk mendongkel dan mengjungkalkan kekuasaan dan kepemimpinan Raja Rashab dari
negeri Suryan yang juga merupakan sekutu negeri Farsa diserahkan kepada siasat
dan rencananya Perdana Menteri Vidad Kamarun dari negeri Angland serta para
sekutunya.
Rencana-rencana yang
mereka sepakati dan mereka tetapkan dalam pertemuan dan rapat super elit dan
rahasia di salah-satu tempat yang juga mereka rahasiakan di negeri Amarik
tersebut dimaksudkan untuk memancing keterlibatan negeri Farsa ketika sejumlah
negeri yang menjadi sekutunya diserang, yang dengan demikian mereka dapat
mengetahui kekuatan negeri Farsa sekaligus dapat menguras kekuatan dan sumber
daya militer serta ekonomi negeri Farsa.
Gagasan tersebut tidak
lahir dari Jarjus Bushan, tapi dari Mayar Rother sendiri sebagai salah-satu
pihak yang memiliki kepentingan sangat besar untuk melebarkan sayap korporasi
dan pabrik-pabrik senjata yang dimilikinya, sekaligus yang akan dapat menjual
produk-produk senjatanya dengan menciptakan agressi dan perang.
Kekayaan Mayar Rother
sendiri membuatnya memiliki banyak pabrik dan korporasi di negeri-negeri yang
menjadi sekutu negeri Amarik, semisal di negeri Najdan, Damargh, Angland, dan
bahkan di negeri Asrail sendiri, di negeri di mana pemimpin tertingginya tak
lain adalah Ziva Kamarin yang terkenal cerdik dan sangat matang dalam mengukur
kekuataan dalam perang dan aksi-aksi politiknya, hingga membuatnya disegani
lawan dan kawan.
Seusai rapat dan pertemuan
tersebut, mereka pun tak langsung menuju negerinya masing-masing, tapi menghadiri
jamuan makan malam yang diadakan di rumah pribadi Mayar Rother yang sangat
megah di sebuah kota bernama Ramsard. Dalam jamuan makan malam itu, Ziva
Kamarin dan Vidad Kamarun langsung akrab satu sama lain dan segera saling
menghasrati, yang berujung pada sebuah episode cinta di mana mereka
menghabiskan malam bersama di sebuah penginapan yang tak jauh dari rumah Mayar
Rother.
Para peserta rapat dan
pertemuan super elit dan rahasia yang telah dirancang Mayar Rother tersebut
baru kembali ke negerinya masing-masing di keesokan harinya. Rasa percaya diri
mereka membuat mereka merasa rencana mereka tak diketahui oleh pihak-pihak yang
akan mereka rugikan, negeri-negeri yang ingin mereka taklukkan, meski pada
kenyataannya tidaklah demikian, tanpa sepengetahuan mereka. (Bersambung)