Pengantar Edisi Bahasa Ingris oleh Hamid Algar
Rangkaian demonstrasi dan pergolakan
akhir-akhir ini menentang rezim diktatorial Syah ternyata telah membuktikan dua
faktor yang selama ini sering diabaikan orang. Pertama-tama ialah keyakinan
rakyat Iran akan kebenaran ajaran Islam. Adapun faktor kedua ialah kemampuan
para ulama di negeri itu dalam mengarahkan aspirasi umat. Sekilas pandang
mereka yang pernah mengunjungi kota-kota besar Iran mungkin terkesan oleh
pengaruh westernisasi (pem-Barat-an) di sana. Dan bahwa bersamaan dengan itu
seolah-olah di sana sedang berlangsung suatu transformasi serta“ de-Islamisasi”
yang paling radikal di suatu dunia Islam. Padahal, justru di Iranlah terdapat
gerakan yang berakar teramat dalam lagi tangguh, bertujuan untuk merebut
kembali hegemoni politik dan sosial Islam.
Pimpinan gerakan ini terutama berada di tangan para ulama Syi’ah. Dibandingkan dengan rekan-rekan mereka dari golongan Sunni, maka para ulama Syi’ah ini, karena berbagai alasan ― sosial, historis maupun keagamaan ― telah berhasil memelihara kebebasan mereka dari rezim yang sedang berkuasa serta lebih tegas memihak kepada penderitaan rakyat. Tetapi, selain kaum ulama, ternyata terdapat pula suatu kelompok lain yang turut menentukan jalan gerakan tersebut. Kelompok yang dimaksud terdiri dari para cendekiawan dan pemikir. Terutama setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua, golongan ini berusaha mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan modern dengan kepercayaan tradisional. Hasilnya ialah berkembangnya suatu idiom Islamiah baru yang mampu melibatkan mereka yang berlatar belakang pendidikan sekular. Menonjol dari kelompok ini ialah Muhandis Bazargan, bekas guru besar Universitas Teheran dan Dr. ‘Ali Syari’ati penulis koleksi ini.
Koleksi buah pikiran Syari’ati berikut didahului dengan riwayat hidup singkat yang disusun oleh seorang yang pernah akrab dengannya. Namun, kiranya masih ada beberapa hal yang patut dicatat. Dia dilahirkan pada tahun 1933 di sebuah desa dekat Sabzavar di tepi gurun Kavir. Yang mendidiknya pertama kali ialah ayahandanya sendiri, Muhammad Taqi Syari’ati, salah seorang ulama Iran terkemuka abad ini. Kemudian dia meneruskan pelajarannya di Masyhad dan sekaligus bermula pulalah karir perjuangan politik, sosial dan intelektualnya. Tahun-tahun menyusul penggulingan perdana menteri Musaddiq ditandai dengan tekanan-tekanan politik yang dilancarkan rezim Syah. ‘Ali Syari’ati sendiri harus mendekam selama beberapa bulan dalam penjara.
Pada tahun 1959 dia meneruskan studinya ke Paris dalam bidang sosiologi. Tetapi di sini pun dia tidak membatasi diri pada kegiatan kemahasiswaan konvensional. Secara aktif dia turut serta dalam organisasi yang berorientasi Islam, menentang rezim Syah. Pada tahun 1964, sepulangnya ke Iran, dia ditangkap. Setelah enam bulan, karena desakan dunia internasional atas pemerintah Iran, dia dibebaskan kembali. Dia dibolehkan mengajar, antara lain di Universitas Masyhad. Tetapi kemudian dia dipaksa ke luar dari universitas itu. Bersamaan dengan itu bermulalah periode yang agaknya paling kreatif dalam hidupnya, meskipun berlangsung singkat. Dia menyampaikan ceramah-ceramahnya di Husainiyah-i Irsyad, suatu pusat Islam di Teheran yang aktif menyelenggarakan pertemuan-pertemuan ataupun ceramah-ceramah Islam dan selalu mendapat kunjungan padat. Dalam ceramah-ceramahnya di Husainiyah-i Irsyad maupun di tempat-tempat lain ‘Ali Syari’ati memperkembangkan teori-teorinya tentang sosiologi dan sejarah Islam. Sebagian tertera pada buku ini. Maka tidaklah mengherankan bila Husainiyah-i Irsyad lalu ditutup oleh pemerintah. ‘Ali Syari’ati sendiri kembali meringkuk dan menderita dalam tahanan, kali ini selama delapan belas bulan. Tidak lama setelah ke luar dari penjara, dia pergi ke Inggris, di mana dia wafat pada 19 Juni 1977. Sebab kematiannya cukup misterius, sehingga banyak orang mengaitkannya dengan kegiatan polisi rahasia Iran di kala itu. Dia dimakamkan di Damsyik, bersebelahan dengan makam Hazrat Zainab Rahimahullah.
Judul koleksi ini, On the Sociology of Islam, kiranya memerlukan sekadar penjelasan. Buku ini tidak bermaksud untuk mengungkapkan kerangka sosiologi Islam secara lengkap. Dan Syari’ati sendiri tidak pernah berpretensi demikian. Dia bahkan menulis: Apa tidak percaya bahwa apa yang kukatakan sudah merupakan kebenaran final; apa yang kukemukakan sekarang mungkin saja besok akan kuralat atau kusempurnakan (Islam Syinasi, Jil. I, hal. 47).
Bagaimanapun juga, dengan pendapatnya yang orisinil dan berani dia telah menghadirkan sejumlah wawasan segar tentang sosiologi Islam. Inilah yang kami usahakan penerjemahannya, kiranya bisa menggugah pikiran para intelektual Muslim. Buku ini terdiri atas sejumlah topik yang tidak sepenuhnya sosiologis. Namun karena nada sosiologis yang terkandung sarat di dalamnya maka judul On the Sociology of Islam kiranya bisa diterima.
Kebanyakan buku Syari’ati berasal dari ceramah-ceramah yang pernah disampaikannya. Gaya ceramah ini jelas dari beberapa pokok pikiran tertentu yang dikemukakannya berulang kali. Karena itu sengaja kami menghapus atau meringkas beberapa ungkapan aslinya, tanpa mengganggu jalan pikiran penulisnya. Selain itu, terjemahan ini adalah utuh dan refleksi dari karya aslinya. Penjelasan berupa catatan kaki yang ditambahkan oleh penerjemah dibubuhi tanda (HA). Catatan kaki seIebihnya adalah Syari’ati sendiri.
Hamid
Algar (Berkeley, Sya’ban 1398/Juli 1978).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar