Oleh Maman Firmansyah
Jabal
‘Amil merupakan sebuah wilayah perbukitan di selatan Libanon. Wilayah ini
merupakan bagian yang esensial dan tidak terpisahkan dari Libanon. Jabal ‘Amil
disebut demikian karena dulu wilayah ini ditempati oleh suku ‘Amilah, sebuah
suku Arab selatan yang beranggotakan suku-suku Hamadan, Lakhm dan Judham yang
berada di Suriah, Palestina, sebagian wilayah Yordania dan Libanon. Bila dahulu
wilayah ini dikenal dengan nama Jabal ‘Amilah, maka saat ini lebih akrab
dikenal dengan nama Jabal ‘Amil.
Jabal ‘Amil merupakan sinonim dengan bagian utara Galilea (Arab: al-Jalil) dan secara historis digunakan sebagai identifikasi dari tanah leluhur Muslim Syiah di selatan Libanon yang juga meliputi komunitas Muslim Syiah antara Sidon dan Beirut, seperti Joun, Wardanieh, Rmaileh, Sibleen, Jieh, Qmatieh dan Kaifun. Beberapa tempat di barat Lembah Beeka seperti Yuhmur al-Beeka, Suhmur, Maidun, Zillaya, Libbaya, Mazraat Dallafeh, Ain al-Tineh, Qillaya dan Mashghara juga termasuk dalam cakupan wilayah ini. Bagaimana pun, Jabal ‘Amil merupakan wilayah selatan Sidon dan membentang dari pegunungan Jbaa dan Rihane sampai bagian terdalam selatan yang berbatasan dengan wilayah Palestina. Wilayah ini meliputi kota-kota seperti Tyre, Sarafand, Nabatiyeh, Tibnine, Bint Jbeil dan ratusan desa serta perkampungan yang saling dipisahkan oleh bukit-bukit serta pegunungan.
Di kalangan penduduk Jabal ‘Amil berkembang sebuah kepercayaan bahwa komunitas yang menempati wilayah ini beralih menganut mazhab Syiah oleh Abu Dzar al-Ghiffari, seorang sahabat Nabi Muhammad dan Imam Ali ibn Abi Thalib, pada abad ke-7 Masehi. Pada kenyataannya, majelis-majelis ilmu didirikan oleh beliau di Mays al-Jabal dan Sarafand, sebuah lokasi dimana makamnya kini berada.
Jabal ‘Amil merupakan sinonim dengan bagian utara Galilea (Arab: al-Jalil) dan secara historis digunakan sebagai identifikasi dari tanah leluhur Muslim Syiah di selatan Libanon yang juga meliputi komunitas Muslim Syiah antara Sidon dan Beirut, seperti Joun, Wardanieh, Rmaileh, Sibleen, Jieh, Qmatieh dan Kaifun. Beberapa tempat di barat Lembah Beeka seperti Yuhmur al-Beeka, Suhmur, Maidun, Zillaya, Libbaya, Mazraat Dallafeh, Ain al-Tineh, Qillaya dan Mashghara juga termasuk dalam cakupan wilayah ini. Bagaimana pun, Jabal ‘Amil merupakan wilayah selatan Sidon dan membentang dari pegunungan Jbaa dan Rihane sampai bagian terdalam selatan yang berbatasan dengan wilayah Palestina. Wilayah ini meliputi kota-kota seperti Tyre, Sarafand, Nabatiyeh, Tibnine, Bint Jbeil dan ratusan desa serta perkampungan yang saling dipisahkan oleh bukit-bukit serta pegunungan.
Di kalangan penduduk Jabal ‘Amil berkembang sebuah kepercayaan bahwa komunitas yang menempati wilayah ini beralih menganut mazhab Syiah oleh Abu Dzar al-Ghiffari, seorang sahabat Nabi Muhammad dan Imam Ali ibn Abi Thalib, pada abad ke-7 Masehi. Pada kenyataannya, majelis-majelis ilmu didirikan oleh beliau di Mays al-Jabal dan Sarafand, sebuah lokasi dimana makamnya kini berada.
Muslim Syiah merupakan salah satu komunitas tertua di Libanon. Yang mesti diingat adalah Syiisme berkembang di wilayah-wilayah lain di Libanon, seperti wilayah Kiswaran, Matn, Jbeil dan Zawiyeh. Menurut catatan sejarah, yang juga harus disebutkan adalah bahwa kata “Jabal ‘Amil” dikaitkan lebih jauh dengan keberadaan populasi Syiah di wilayah Baalbek dan Hermel. Sebagai contoh, desa Karak Nuh dekat Zahle adalah “rumah” dari Syiah, yang telah banyak melahirkan ulama-ulama yang banyak berjasa mengembangkan doktrin-doktrin Islam Syiah.
Saat ini, Jabal ‘Amil didominasi oleh Muslim Syiah dengan Sidon, Tyre, Nabatieh, Bint Jbeil dan Tebnine sebagai kota-kota yang penting. Di wilayah ini terdapat lebih dari 500 distrik, perkampungan dan lahan-lahan pertanian. Secara historis, Jabal ‘Amil dan kawasan selatan Libanon juga mencakup tujuh perkampungan yang dicaplok Israel pada tahun 1948, yaitu perkampungan Malikieh, Quds, Nebi Youshaa, Tarbikha, Salha, Hounine dan Ebel al-Qameh. Lahan pertanian Sheeba yang kini masih dalam cengkeraman Israel, juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Libanon.
Pada abad ke-16, ulama-ulama Jabal ‘Amil
banyak berjasa dalam mengubah orientasi kerajaan Safawi di Iran untuk memeluk
mazhab Syiah. Syeikh Amili dan keluarganya hijrah ke Isfahan untuk mendirikan
hawzah-hawzah dan mendidik ulama-ulamanya. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
mereka telah berhasil mengemban tugasnya dan meninggalkan pengaruh yang amat
besar bagi Syiisme hingga hari ini. Abad berganti abad. Tetapi Jabal ‘Amil
tetap produktif dalam melahirkan ulama-ulama yang mumpuni di bidangnya. Sebut
saja semisal Syahid Awwal, Syahid Tsani, Syeikh Hurr al-Amili, Syeikh Muhsin
Amin, Syeikh Raghib Harb, Sayyid Abbas Musawi. Syeikh Muhammad Mughniyah, Musa
Shadr, Syeikh Muhammad Syamsuddin, Syeikh Abdul Amir Qabalan, Ayatullah
Muhammad Husein Fadhlullah dan yang saat ini bintangnya sedang bersinar,
seorang mujahid dan orator ulung, Sayyid Hasan Nasrallah, Sekjen organisasi
perlawanan Islam, Hizbullah.
AMAL AL-AMIL
Amal al-Amil, merupakan sebuah kitab yang ditulis oleh seorang ulama yang bernama Muhammad ibn Hasan ibn Ali. Beliau lebih dikenal dengan sebutan al-Hurr al-‘Amili. Kitab yang berjudul lengkap Amal al-Amil fi ‘Ulama Jabal ‘Amil adalah sebuah kitab dua jilid yang berisi tentang biodata ulama-ulama dari wilayah Jabal ‘Amil beserta karya-karyanya. Sebagaimana yang ditulis sendiri oleh penulisnya di bagian pendahuluan bahwa kitab tersebut disusun untuk memenuhi beberapa tujuan antara lain:
[1] Mengenal individu-individu (rijal) yang meriwayatkan hadits-hadits Nabi saw dan Aimmah as (dalam hal ini khususnya perawi dari Jabal ‘Amil). Di sini penulis mengutip sebuah riwayat dari Imam Ja’far al-Shadiq as yang berkata, “Kenalilah individu-individu dari kami atas apa yang mereka riwayatkan dari kami” (Rijal al-Kasyi, h. 9).
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Imam Muhammad al-Baqir ditanya tentang ayat, “Falyanzhur al-insan ila tha’amihi,” “Maka perhatikanlah manusia hingga makanannya.” Maka beliau menjawab, “Pengetahuan manusia berasal dari apa yang diambilnya (dimakannya)” (Rijal al-Kasyi, h. 11).
[2] Sebagai perwujudan dari kecintaan terhadap tanah air, sebagaimana dikatakan, “Mencintai tanah air adalah bagian dari keimanan,” dan “Di antara sebagian keimanan adalah mencintai kaumnya.” Tentu saja kecintaan tanah air di sini bukan dalam maknanya yang sempit, melainkan karena alasan-alasan yang lebih bersifat irfani. Perlu diketahui bahwa Jabal ‘Amil, yang termasuk bagian integral dalam wilayah Syam, merupakan wilayah di mana para Nabi Allah pernah melintasi atau singgah di wilayah tersebut.
Dalam tafsirnya, jilid I hlm. 305-306, al-‘Iyasyi meriwayatkan dari Daud ar-Raqi dari Imam Ja’far al-Shadiq as tentang firman Allah ta’ala, “Udkhulu al-ardh al-muqaddasah allati kataballahu lakum,” “Masuklah kalian ke negeri yang disucikan yang telah Allah tetapkan bagi kalian.” Beliau berkata bahwa yang dimaksud dengan negeri tersebut adalah Syam. (Syam meliputi wilayah Suriah, Libanon, Palestina, Yordania dan sebagian wilayah Turki).
AMAL AL-AMIL
Amal al-Amil, merupakan sebuah kitab yang ditulis oleh seorang ulama yang bernama Muhammad ibn Hasan ibn Ali. Beliau lebih dikenal dengan sebutan al-Hurr al-‘Amili. Kitab yang berjudul lengkap Amal al-Amil fi ‘Ulama Jabal ‘Amil adalah sebuah kitab dua jilid yang berisi tentang biodata ulama-ulama dari wilayah Jabal ‘Amil beserta karya-karyanya. Sebagaimana yang ditulis sendiri oleh penulisnya di bagian pendahuluan bahwa kitab tersebut disusun untuk memenuhi beberapa tujuan antara lain:
[1] Mengenal individu-individu (rijal) yang meriwayatkan hadits-hadits Nabi saw dan Aimmah as (dalam hal ini khususnya perawi dari Jabal ‘Amil). Di sini penulis mengutip sebuah riwayat dari Imam Ja’far al-Shadiq as yang berkata, “Kenalilah individu-individu dari kami atas apa yang mereka riwayatkan dari kami” (Rijal al-Kasyi, h. 9).
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Imam Muhammad al-Baqir ditanya tentang ayat, “Falyanzhur al-insan ila tha’amihi,” “Maka perhatikanlah manusia hingga makanannya.” Maka beliau menjawab, “Pengetahuan manusia berasal dari apa yang diambilnya (dimakannya)” (Rijal al-Kasyi, h. 11).
[2] Sebagai perwujudan dari kecintaan terhadap tanah air, sebagaimana dikatakan, “Mencintai tanah air adalah bagian dari keimanan,” dan “Di antara sebagian keimanan adalah mencintai kaumnya.” Tentu saja kecintaan tanah air di sini bukan dalam maknanya yang sempit, melainkan karena alasan-alasan yang lebih bersifat irfani. Perlu diketahui bahwa Jabal ‘Amil, yang termasuk bagian integral dalam wilayah Syam, merupakan wilayah di mana para Nabi Allah pernah melintasi atau singgah di wilayah tersebut.
Dalam tafsirnya, jilid I hlm. 305-306, al-‘Iyasyi meriwayatkan dari Daud ar-Raqi dari Imam Ja’far al-Shadiq as tentang firman Allah ta’ala, “Udkhulu al-ardh al-muqaddasah allati kataballahu lakum,” “Masuklah kalian ke negeri yang disucikan yang telah Allah tetapkan bagi kalian.” Beliau berkata bahwa yang dimaksud dengan negeri tersebut adalah Syam. (Syam meliputi wilayah Suriah, Libanon, Palestina, Yordania dan sebagian wilayah Turki).
Dalam kitab Tarikh ibn ‘Asakir diriwayatkan bahwa apabila al-Qaim dari keluarga Muhammad muncul, maka Allah akan menghimpun penduduk timur dan barat untuknya seperti Allah mengumpulkan awan yang berarak. Adapun penolong utamanya adalah penduduk Kufah, sedangkan abdalnya adalah penduduk Syam. Beberapa peneliti mensinyalir Abdal al-Qaim dari penduduk Syam tersebut adalah ulama-ulama dan orang-orang shalih dari Jabal ‘Amil. Sinyal yang serupa juga ditangkap oleh Ayatullah al-‘Uzhma Sayyid Shadiq Syirazi, dalam kitabnya al-Mahdi fi al-Sunnah halaman 41.
[3] Untuk “mengabadikan” kitab-kitab yang penulis jadikan referensi bagi kitabnya. Dalam bagian ini penulis mengatakan bahwa dalam kitab yang ditulisnya ini, beliau menukil dari berbagai kitab antara lain kitab Fihrist karya Syeikh Ali ibn ‘Ubaydillah ibn Babawayh, kitab al-Rijal karya Ibn Daud, kitab Durr al-Mantsur karya Syeikh Ali ibn Muhammad ibn Hasan bin Syahid Tsani, kitab Salafah al-‘Ashr karya Sayyid Ali ibn Mirza Ahmad al-Musawi, Kitab Fihrist karya Syeikh Muhammad ibn Ali ibn Syahr Asyub Mazandarani, Muruj a-Dzahab karya al-Mas’udi, ijazah Syeikh Hasan ibn Syahid Tsani kepada Ibn Najm, ijazah Syahid Tsani kepada Syeikh Husein ibn Abd Shamad, ijazah Syahid Muhammad ibn Makki kepada Ibn Najdah, ijazah‘Allamah al-Hilli kepada Bani Zahrah dan lain-lain
Dalam kitab ini penulis mencatat tidak kurang dari 1124 orang ulama dari Jabal ‘Amil lengkap dengan namanya, nama penggilannya, gelarnya, silsilah keluarganya, karangan-karangannya, karakter-karakternya dan sebagainya. Sungguh sebuah contoh ketekunan yang luar biasa! Meskipun demikian, dalam penutup kitab itu, dengan rendah hati sang penulis mengutip sebuah syair, “Betapa banyak yang meluputkan awal untuk mengejar yang akhir.”