Fabel
karya IBN MUQAFFA (filsuf & pujangga)
“Diantara berbagai jenis binatang yang
diperintah raja singa, ada dua ekor serigala
yang amat bijaksana, seekor bernama Kalilah dan seekor lagi bernama Dimnah. Suatu hari Dimnah menanyakan mengenai keadaan rajanya
yang tidak pernah keluar dan berduka kepada
Kalilah. Akan tetapi Kalilah memberi nasihat kepada
Dimnah bahwa orang yang mencampuri urusan orang lain sama seperti kera yang mencampuri urusan tukang kayu.
Kalilah
bercerita tentang kera yang
mengintai pekerjaan seorang tukang kayu yang membelah kayu dan memasang baji. Kemudian setelah tukang kayu pergi, kera tersebut
berusaha mencabut baji itu sampai ekornya hancur dan mati kesakitan. Setelah tukang kayu melihat ada kera yang mati
terjepit, tukang kayu berkata bahwa beginilah nasib
orang yang suka mencampuri pekerjaan orang lain.
Dimnah mengira
bahwa saat ini raja sedang ketakutan, ia merasa dan berpendapat bahwa orang
yang arif bijaksana dapat mengerti keadaan sahabatnya, baik lahir maupun batin. Namun Kalilah masih meragukan kenekatan Dimnah itu, hanya saja Dimnah sudah berkeras untuk menghadap raja
singa meskipun sedikit ditentang dengan argumen-argumen Kalilah.
Menurut Dimnah
dengan perhatiannya terhadap rajanya itu ia bisa menjadi dekat dengan rajanya, dan setelah dekat tentu ia akan mengetahui sifat dan
kelakuan rajanya ia,
lalu ia akan memberi nasihat jika
menurutnya ada kesalahan dalam tindakan rajanya itu. Dalam angan–angan Dimnah jika nantinya raja tahu bahwa
ia seorang yang cerdik, maka menurutnya raja singa akan memuliakan dan menghormatinya.
Sebelum Dimnah
pergi Kalilah memperingatkanya sekali lagi bahwa orang yang dekat dengan
rajanya akan mendapatkan bahaya yang besar”.
Suatu hari Dimnah
datang menghadap raja singa, sebelumnya raja sama sekali tak mengenal siapa
yang tiba-tiba datang menghadapnya itu, tetapi kemudian setelah diterangkan
siapa ayah Dimnah, raja bertanya dimanakah Dimnah selama ini? Dimnah pun
menjelaskan bahwa selama ini ia menantikan sesuatu yang dapat ia lakukan untuk
mengabdi kepada rajanya, dan walaupun ia seorang yang hina, tetapi kadang juga
mempunyai perlu kepada rajanya.
Dimnah juga
berkata, ‘ranting yang kering di jalanan kadang ada gunanya setidaknya sebagai
penggaruk gatal pada tubuh yang tak tercapai oleh tangan’.
Raja pun
tercengang mendengar pernyataan Dimnah itu, ia menyimpulkan bahwa Dimnah adalah
orang yang bijak dan berilmu meskipun belum terkenal namanya. Karena raja
termenung cukup lama, akhirnya Dimnah meminta maaf jika raja tidak berkenan
dengan kedatangannya.
Karena Dimnah
khawatir bahwa raja tahu siapa ayahnya, ia memberikan pengertian bahwa seorang
raja yang bijak tidak akan melihat seseorang dengan melihat siapa ayahnya.
Tetapi seorang raja yang baik hanya akan memuliakan atau menghinakan seseorang
hanya dengan melihat siapa diri seseorang itu, karena sesungguhnya tidak ada
orang lain yang lebih dekat kepada seseorang kecuali dirinya sendiri.
Raja semakin heran
dengan Dimnah, dan kemudian raja berkata: manusia itu ada dua macam, yang
pertama adalah orang yang panas tabiatnya semisal ular yang berbisa, jika
kebetulan ia terinjak dan belum menggigit, jangan pernah menginjaknya sekali
lagi karena ular itu tentu akan menggigit siapa yang menginjaknya itu.
Kedua orang yang
dingin tabiatnya seperti ranting yang kering, jika ia lama tak digosokkan, maka
akan keluar api dari ranting kering itu (karena itu berhati-hatilah dengan
orang yang kelihatannya sangat sabar dan jarang marah, karena kalau sudah marah
tak dapat dihentikan).
Sejak Dimnah
menghadap raja itu, Dimnah telah duduk di samping
raja singa. Suatu hari Dimnah menanyakan kenapa raja lama berdiam diri di rumah
apa yang menyebabkan raja seperti itu.
Tiba-tiba
terdengar lenguh Sjatrabah di tengah
pertanyaan Dimnah itu. Raja terlihat ketakutan saat mendengar lenguh itu dan
raja hanya tetap diam. Dimnah pun menyimpulkan bahwa raja singa selama ini
memikirkan suara lenguh itu. Dimnah
akhirnya menceritakan kisah seekor serigala yang melihat tabuh yang tergantung di
dahan, karena angin yang bertiup ranting-ranting pun
akhirnya mengenai tabuh itu dan terdengarlah suara yang besar dari tabuh itu.
Serigala tersebut
berharap bahwa tentunya tabuh itu punya daging yang banyak. Serigala itu
melompati tabuh dan menjatuhkannya kemudian menggigitnya, tapi ternyata tabuh itu kosong tak berisi. Dengan
kecewa serigala berkata bahwa besar suaranya tiada isinya. Kemudian Dimnah
meminta ijin untuk memeriksa suara lenguh itu.
Raja memberikan
ijin kepada Dimnah untuk memeriksa suara itu, tetapi setelah Dimnah pergi raja
menjadi khawatir kalau-kalau Dimnah akan berkhianat dan memilih ikut dengan
yang bersuara keras itu. Akan
tetapi kekhawatiran raja akhirnya usai setelah melihat Dimnah kembali. Dimnah pun menyampaikan kepada raja bahwa yang
memiliki suara keras itu hanyalah seekor lembu yang tidak berbahaya.
Mendengar
pernyataan Dimnah
itu, raja singa pun masih belum percaya, karena raja tidak begitu sependapat dengan orang yang
menyepelekan segala sesuatu. Setelah
lama berbincang-bincang akhirnya Dimnah memutuskan untuk mengajak Sjatrabah
berhadapan dengan raja singa.
Dimnah berjanji
akan menanggung keselamatan Sjatrabah ketika berhadapan dengan raja singa
nantinya. Ketika berhadapan dengan raja singa, Dimnah langsung bersujud dengan takzim dan
menceritakan asal usulnya. Raja
begitu bahagia melihat tingkah laku Sjatrabah dan raja memutuskan menjadikan
Sjatrabah sebagai teman raja yang dimuliakan. Sjatrabah bahagia mendengar itu
semua dan ia pun langsung mendoakan keselamatan bagi
raja singa.
Setelah beberapa
waktu berada di kerajaan singa, Sjatrabah berperilaku
baik, bahkan menurut raja budi pekertinya sempurna
dan sifatnya dapat dipercaya. Melihat
itu semua raja semakin mengasihinya dan meningkatkan derajatnya lebih dari yang
lain. Dimnah menjadi dengki kepada Sjatrabah yang diperlakukan istimewa itu dan
makin hari kedengkiannya itu semakin kuat. Suatu hari ia mengadukan kisahnya
itu kepada Kalilah.
Dimnah
menceritakan semua kejadian mengenai Sjatrabah kepada Kalilah. Dengan begitu semangat Dimnah ingin kembali
mendapatkan kehormatan dan kedudukan yang tinggi lagi. Dimnah merasa bahwa Sjatrabah-lah yang telah mengambil semua perhatian raja. Dimnah menceritakan banyak kisah tentang suatu
pekerjaan yang dlakukan dengan akal sempurna pasti akan berhasil.
Sebelum Dimnah
kembali ke kerajaan untuk melakukan rencananya mengambil kembali perhatian raja
dan ingin mendapatkan kedudukan tinggi, Kalilah memperingatkannya bahwa jika
apa yang akan ia lakukan dapat membahayakan raja,
maka janganlah melakukan perbuatan itu, intinya Kalilah menasihati Dimnah agar
tidak berkhianat dengan rajanya. (Bersambung ke Bagian Kedua)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar